Hutan pegunungan rendah
Hutan pegunungan rendah
terletak di ketinggian 600 — 1400 M dpl, hutan ini menyerupai hutan basah,
pohon-pohon kecil serta berakar papan. Hutan pegunungan rendah terdiri dariAnnonaceae dan Burseraceae.
Pada ketinggian 1000 m dpl terdapat Dipterocarpus retusa dan Diptorocarpus
simoresis, leguminosae, meliaceae, sapindaceae dan sapotaceae.
Hutan pegunungan tinggi
Zona hutan pegunungan
tinggi berada di ketinnggian 1400 — 3000 M dpl dan terdapat pada pegunungan
Malaysia. Vegetasi zona ini termasuk hutan basah, hanya terdapat tajuk lebih
dari satu lapis (One Storeyed Stand),.
Hutan pada zona ini
tidak membentuk satu kesatuan karena di selingi oleh padang rumput dan semak
atau paku-pakuan. Karena pengaruh iklim hutan pada zona terbentuk hutan savana
(Mountain savana) dan padang rumput (Mountain grass land).
Hutan sub alpin
Hutan sub alpin terletak di ketinggian 3000 — 4000 M dpl. Hutan
ini lebih bersifat hutan basah daerah beriklim sedang (temperate rain forest)
dengan perbedaan bahwa pada zona ini terdapat strata tunggal yang dibentuk oleh
pohon-pohon kecil sebagai penutup tanah
Hutan vegetasi Alpin
Hutan vegetasi Alpin terletak di ketinggian 4000 M dpl
keatas, terdapat daerah semak-semak dan terna dikotik tidak berpohon. Pada daerah
ini dapat dijumpai beberapa jenis berkayu ( bukan pohon) seperti : Drimys dan
Coprosma, tetapi umumnya rumput dan lumut adalah sebagai penutup tanah.
Sedangkan menurut Simon
(1978), atas dasar ketinggian tempat di Indonesia maka dikenal adanya :
Vegetasi litoral
(terendam)
Hutan Payau
(Mangrove forest)
Hutan Rawa (
Swamp forest)
Hutan Gambut (
Peat swamp forest)
Hutan dataran
rendah (Low land forest)
Hutan dataran
tinggi (Lower mountain forest)
Hutan Pegunungan
( Upper mountain forest)
Zona-pegunungan
(600 – 2300 m) :
Sub-zona
pegunungan bawah (699 – 1.500 m) : Pakis pohon lebih banyak ditemukan di semak
dan lapisan pohon bawah, serta perdu seperti Elastosterma, Bogonia dan sejenis
Impatiens berbunga jingga merah jambu yang menyolok di lapisan bawah. Hutan ini
juga kaya akan spesies dan pohon-pohon Castanopsis dan Lithocarpus dan Sloanea
, serta Cryptocarya .
Sub-zona
pegunungan tengah : Hutan pegunungan tengah campuran, hutan Captanopsis , hutan
Notofagus , hutan Caniferous , hutan rawa pegunungan tengah, rawa rumput sedge,
rawa rumput Phragmites pegunungan tengah, padang rumput Miscanthus pegunungan
tengah dan rangkaian vegetasi bekas ladang.
Pohon-pohon
tudung yang banyak tumbuh berasal dari keluarga Fagaceae, Lauraceae,
Cunioneaceae, Elaeocarpaceae , dan Myrtaceae . Tumbuhan bawah pohon meliputi
Garcinia, Astronia, Polyosomo, Symlocos, Sericolea, Drymis, Prunus,
Pittospermum dan Araliaceae .
Hutan
Coniferous terdapat pada ketinggian diatas 2.400 m. Beberapa genusnya antara
lain Podocarpus, Darycarpus, Papuacerdus, Phyllocladus dan Arocaria .
Zona
sub-alpin
Zona
sub-alpin ditandai dengan adanya hutan-hutan sub-alpin, yang bercampur dengan
vegetasi jenis lainnya. Hutan sub-alpin-bawah miskin akan flora. Hutan di zona
ini memiliki tudung yang tertutup, dengan ketinggian mencapai 10 hingga 15 m.
Beberapa jenis yang dominan antara lain Rapanea sp., Dacrycarpus compactus dan
Papuacedrus papuas .
Zona
alpin Zona alpin berada pada ketinggian antara 4.170 dan 458.5 m dpl. Vegetasi
alpin meliputi semua komunitas yang tumbuh di atas batas semak tinggi. Vegetasi
ini berbentuk padang rumput, kerangas dan tundra.
1.
Hutan basah adalah
hutan yang memperoleh curah hujan yang tinggi, sering juga kita kenal dengan
istilah hutan pamah. Hutan jenis ini
dapat dijumpai di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Bagian Utara dan
Papua. Jenis-jenis yang umum ditemukan di hutan ini, yaitu: Meranti (Shorea dan
Parashorea), keruing (Dipterocarpus), Kapur (Dryobalanops), kayu besi (Eusideroxylon
zwageri), kayu hitam (Diospyros sp).
Ciri-ciri
- Masa pertumbuhan
lama;
- Jenis tumbuhan
banyak;
- Ketinggian 20 m
sampai 40 m;
- Berdaun lebar;
- Hutan basah;
- Jenis pohon sulur
hingga kayu keras.
Lingkungan
biotik
- Flora menurut
lapisan tanahnya:
- Lapisan
pohon-pohon yang lebih tinggi, muncul di sana-sini dan menonjol di atas
atap tajuk (kanopi hutan) sehingga dikenal sebagai “sembulan” (emergent).
Sembulan ini bisa sendiri-sendiri atau kadang-kadang menggerombol, namun
tak banyak. Pohon-pohon tertinggi ini bisa memiliki batang bebas cabang
lebih dari 30 m, dan dengan lingkar batang hingga 4,5 m.
- Lapisan kanopi
hutan rata-rata, yang tingginya antara 24–36 m. Kanopi hutan banyak
mendukung kehidupan lainnya, semisal berbagai jenis epifit (termasuk anggrek),
bromeliad, lumut, serta lumut kerak, yang hidup melekat di cabang dan
rerantingan.
- Lapisan tajuk
bawah, yang tidak selalu menyambung. Lapisan ini tersusun oleh pohon-pohon
muda, pohon-pohon yang tertekan pertumbuhannya, atau jenis-jenis pohon
yang tahan naungan seperti jenis pemanjat (liana) yang melilit batang
atau mengait cabang untuk mencapai atap tajuk, lumut, paku-pakuan dan paku
lumut (Selaginella spp.) dan semak-semak.
2. Fauna hewan
yang banyak hidup di daerah hutan basah ini adalah hewan-hewan pemanjat sejenis
primata dan nokturnal (hewan yang aktif pada malam hari).
Proses
Pembentukan
Hutan
basah merupakan komunitas hasil interaksi antara iklim regional dan biota
regional. Vegetasi hutan basah tidak akan pernah mengalami gugur daun seperti
hutan yang ada di daerah-daerah subtropis, seperti sebagian besar Eropa, Asia
Timur, dan daerah Asia Barat. Sehingga dedaunan yang hidup didaerah hutan basah
akan selalu berwarna hijau sepanjang tahun (evergreen)
2.
Apabila dilihat perkembangan vegetasi yang ada di daerah
pantai (litoral), maka sesungguhnya sering dijumpai dua formasi
vegetasi, yaitu formasi Pescaprae dan formasiBarringtonia.
1. Formasi Pescaprae
Formasi ini terdapat pada tumpukan-tumpukan pasir yang mengalami proses peninggian di sepanjang pantai, dan hampir terdapat di selumh pantai Indonesia. Komposisi spesies tumbuhan pada formasi pescaprae di mana saja hampir sama karena spesies tumbuhannya didominasi oleh Ipomoea pescaprae (katang-katang) salah satu spesies tumbuhan menjalar, herba rendah yang akamya mampu mengikat pasir. Sebetulnya nama fomlasi pescapraediambil dari nama spesies tumbuhan yang dominan itu. Akan tetapi, ada spesies-spesies tumbuhan lainnya yang umumnya terdapat pada formasi pescaprae antara lain Cyperus penduculatus, Cyperus stoloniferus, Thuarea linvoluta, Spinifex littoralis, Vitex trifolia, Ishaemum muticum, Euphorbia atoto, Launaca sarmontasa, Fimbristylis sericea, Canavalia abtusiofolia, Triumfetta repens, Uigna marina, Ipomea carnosa, Ipomoea denticulata, danIpomoea littoralis.
Formasi
ini terdapat di atas formasi pescaprae, yaitu pada daerah pantai
persis di belakang formasi pescaprae yang telah memungkinkan untuk
ditumbuhi berbagai spesies pohon khas hutan pantai.
2. Formasi Barringtonia
Formasi baringtonia yang terletak jauh dari garis pantai. Pohon Baringtonia (keben atau butun) dan Terminalia (ketapang) merupakan tumbuhan penyusunnya yang khas. Daerah ini biasanya berpasir atau berbatu cadas, formasi umumnya terdapat setelah formasi pes-caprae.
Disebut
formasi Barringtonia karena spesies tumbuhan yang dominan di daerah
ini adalah spesies pohon Barringtonia asiatica. Sebenarnya yang
dimaksud ekosistem hutan pantai adalah formasi Barringtonia ini.
Beberapa spesies pohon yang tumbuh di pantai dan menyusun ekosistem hutan
pantai antara lain Barringtonia asiatica, Casuarina equisetifolia,
Terminalia eatappa, Hibiscus tiliaceus, Calophyllum inophyllum, Hernandia
peltata, Sterculia foetida, Manilkara kauki, Cocos nucifera, Crinum asiaticum,
Cycas rumphii, Caesalpinia bonducella, Morinda citrifolia, Oehrocarpus
ovalifolius, Taeea leontopetaloides, Thespesia populnea, Tournefortia argentea,
Wedelia biflora, Ximenia americana, Pisonia grandis, Pluehea indica, Pongamia
pinnata, Premna Corymbosa, Premna obtusifolia, Pemphis acidula, Planchonella
obovata, Scaevola taccada, Scaevola frutescens, Desmodium umbellatum, Dodonaea
viscesa, Sophora tomentosa, Erythrina variegata, Guettarda speciosa, Pandanus
bidur, Pandanus tectorius, dan Nephrolepis biserrata.
3.
Beberapa manfaat yang
tidak langsung hutan mangrove
sebagai konsumsi manusia antara lain adalah:
Menumbuhkan
pulau dan menstabilkan pantai
Salah satu peran dan sekaligus manfaat ekosistem
mangrove, adalah adanya sistem perakaran mangrove yang kompleks dan rapat,
lebat dapat memerangkap sisa-sia bahan organik dan endapan yang terbawa air
laut dari bagian daratan. Proses ini menyebabkan air laut terjaga kebersihannya
dan dengan demikian memelihara kehidupan padang lamun (seagrass) dan terumbu
karang. Karena proses ini maka mangrove seringkali dikatakan pembentuk daratan
karena endapan dan tanah yang ditahannya menumbuhkan perkembangan garis pantai
dari waktu ke waktu. Pertumbuhan mangrove memperluas batas pantai dan
memberikan kesempatan bagi tumbuhan terestrial hidup dan berkembang di wilayah
daratan. Akar pohon mangrove juga menjaga pinggiran pantai dari bahaya erosi.
Buah vivipar yang dapat berkelana terbawa air hingga menetap di dasar yang
dangkal dapat berkembang dan menjadi kumpulan mangrove di habitat yang baru.
Dalam kurun waktu yang panjang habitat baru ini dapat meluas menjadi pulau
sendiri.
Menjernihkan
air
Akar pernafasan (akar pasak) dari api-api dan
tancang bukan hanya berfungsi untuk pernafasan tanaman saja, tetapi berperan
juga dalam menangkap endapan dan bisa membersihkan kandungan zat-zat kimia dari
air yang datang dari daratan dan mengalir ke laut. Air sungai yang mengalir
dari daratan seringkali membawa zat-zat kimia atau polutan. Bila air sungai
melewati akar-akar pasak pohon api-api, zat-zat kimia tersebut dapat dilepaskan
dan air yang terus mengalir ke laut menjadi bersih. Banyak penduduk melihat
daerah ini sebagai lahan marginal yang tidak berguna sehingga menimbunnya
dengan tanah agar lebih produktif. Hal ini sangat merugikan karena dapat
menutup akar pernafasan dan menyebabkan pohon mati.
Mengawali
rantai makanan
Daun mangrove yang jatuh dan masuk ke dalam
air. Setelah mencapai dasar teruraikan oleh mikro organisme (bakteri dan
jamur). Hasil penguraian ini merupakan makanan bagi larva dan hewan kecil air
yang pada gilirannya menjadi mangsa hewan yang lebih besar serta hewan darat
yang bermukim atau berkunjung di habitat mangrove.
Melindungi
dan memberi nutrisi
Akar tongkat pohon mangrove memberi zat
makanan dan menjadi daerah nursery bagi hewan ikan dan invertebrata yang hidup
di sekitarnya. Ikan dan udang yang ditangkap di laut dan di daerah terumbu
karang sebelum dewasa memerlukan perlindungan dari predator dan suplai nutrisi
yang cukup di daerah mangrove ini. Berbagai jenis hewan darat berlindung atau
singgah bertengger dan mencari makan di habitat mangrove.
Beberapa
kegunaan pohon mangrove yang
langsung dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari antara lain adalah:
- Tempat tambat
kapal.
Daerah
teluk yang terlidung seringkali dijadikan tempat berlabuh dan bertambatnya
perahu. Dalam keadaan cuaca buruk pohon mangrove dapat dijadikan perlindungan
dengan bagi perahu dan kapal dengan mengikatkannya pada batang pohon mangrove.
Perlu diperhatikan agar cara tambat semacam ini tidak dijadikan kebiasaan
karena dapat merusak batang pohon mangrove yang bersangkutan.
- Obat-obatan.
Kulit
batang pohonnya dapat dipakai untuk bahan pengawet dan obat-obatan. Macam-macam
obat dapat dihasilkan dari tanaman mangrove. Campuran kulit batang beberapa
species mangrove tertentu dapat dijadikan obat penyakit gatal atau peradangan
pada kulit. Secara tradisional tanaman mangrove dipakai sebagai obat penawar
gigitan ular, rematik, gangguan alat pencernaan dan lain-lain. Getah sejenis
pohon yang berasosiasi dengan mangrove (blind-your-eye mangrove)
atau Excoecaria agallocha dapat menyebabkan kebutaan sementara
bila kena mata, akan tetapi cairan getah ini mengandung cairan kimia yang dapat
berguna untuk mengobati sakit akibat sengatan hewan laut. Air buah dan kulit
akar mangrove muda dapat dipakai mengusir nyamuk. Air buah tancang dapat
dipakai sebagai pembersih mata. Kulit pohon tancang digunakan secara
tradisional sebagai obat sakit perut dan menurunkan panas. Di Kambodia bahan
ini dipakai sebagai penawar racun ikan, buah tancang dapat membersihkan mata,
obat sakit kulit dan di India dipakai menghentikan pendarahan. Daun mangrove
bila di masukkan dalam air bisa dipakai dalam penangkapan ikan sebagai bahan
pembius yang memabukkan ikan (stupefied).
- Pengawet.
Buah
pohon tancang dapat dijadikan bahan pewarna dan pengawet kain dan jaring dengan
merendam dalam air rebusan buah tancang tersebut. Selain mengawetkan hasilnya
juga pewarnaan menjadi coklat-merah sampai coklat tua, tergantung pekat dan
lamanya merendam bahan. Pewarnaan ini banyak dipakai untuk produksi batik,
untuk memperoleh pewarnaan jingga-coklat. Air rebusan kulit pohon tingi dipakai
untuk mengawetkan bahan jaring payang oleh nelayan di daerah Labuhan, Banten.
- Pakan dan makanan.
Daunnya
banyak mengandung protein. Daun muda pohon api-api dapat dimakan sebagai sayur
atau lalapan. Daun-daun ini dapat dijadikan tambahan untuk pakan ternak. Bunga
mangrove jenis api-api mengandung banyak nectar atau cairan yang oleh tawon
dapat dikonversi menjadi madu yang berkualitas tinggi. Buahnya pahit tetapi
bila memasaknya hatihati dapat pula dimakan. .
- Bahan mangrove dan
bangunan.
Batang
pohon mangrove banyak dijadikan bahan bakar baik sebagai kayu
bakar atau dibuat dalam bentuk arang untuk kebutuhan rumah tangga dan industri
kecil. Batang pohonnya berguna sebagai bahan bangunan. Bila pohon
mangrove mencapai umur dan ukuran batang yang cukup tinggi, dapat dijadikan
tiang utama atau lunas kapal layar dan dapat digunakan untuk balok konstruksi
rumah tinggal. Batang kayunya yang kuat dan tahan air dipakai untuk bahan
bangunan dan cerocok penguat tanah. Batang jenis tancang yang besar dan keras
dapat dijadikan pilar, pile, tiang telepon atau bantalan jalan kereta api. Bagi
nelayan kayu mangrove bisa juga untuk joran pancing. Kulit pohonnya dapat
dibuat tali atau bahan jaring.
4.
Terjadinya konversi di hutan rawa gambut akan mempengaruhi
system hidrologi pada hutan tersebut. Ketika pohon ditebang akan terjadi
subsidensi sehinga tanah gambut yang sifatnya hidropobik tidak akan dapat lagi
menyerap air. Subsidensi pada hutan rawa gambut menyebabkan bakteri pembusuk
akan hidup ditanah gambut. Bakteri akan mendekomposisi tanah gambut yang
didominasi oleh dahan, ranting dan pohon, CO2 yang terkandung didalam
pohon tersebut akan teremisi keudara dan menutupi lapisan ozon yang akan
menciptakan efek rumah kaca yang mengakibatkan terjadinya pemanasan global.
Emisi karbon dioksida yang diakibatkan oleh terdekomposisinya tanah gambut yang
diakibatkan berubahnya ekosistem hutan rawa gambut yag sudah mengalami
subsidensi kuantitasnya akan melebihi emisi yang diakibatkan oleh bakteri bahan
bakar fosil. (Canadel, 2006)
A.
Formasi
pes-caprae dicirikan oleh Ipomoea
pes-caprae (Telapak Kambing) sebagai tumbuhan penyusun yang paling
menyolok. Daerah ini biasanya berpasir.
B.
Pohon
tumbuhan
yang mempunyai batang dan cabang terbentuk dari berkayu. Pohon memiliki batang
utama yang tumbuh tegak, menopang tajuk pohon
C. Anemokori
Anemokori
adalah pemencaran biji dengan bantuan angin. Hembusan angin dapat membawa spora
atau biji pergi meninggalkan induknya untuk menemukan daerah baru yang cocok
dan sesuai dengan habitat sebelumnya, untuk tumbuh menjadi tumbuhan baru.
Ciri
alat pemencaran pada cara ini:
1.
Biji kecil dan ringan, contohnya biji anggrek (Orchidaceae) dan spora jamur.
2.
Biji berbulu atau berambut, contohnhya alang-alang (Imperata cylindrical) dan
kapuk (Ceiba pentandra).
3.
Biji bersayap, contohnya mahoni (Switenia sp) dan dammar (Agathis alba).
4.
Buah bersayap, contohnya meranti dan tengkawang (famili Dipterocarpaceae).
5.
Biji terpencar karena tangkainya tergoyang angin dan keluar lewat lubang atau
celah pada biji. Mekanisme ini disebut pendupaan, misalnya pada opium (Papaver).
D. Spesies nomaden
Spesies
yang berpindah-pindah dan belum menetap.
E.
Cagar
alam
Cagar
alam adalah suatu kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai
kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu
dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Contoh kawasan yang
dijadikan cagar alam di Indonesia adalah Cagar Alam Pananjung Pangandaran di
Jawa Barat, Cagar Alam Nusakambangan Barat dan Cagar Alam Nusakambangan Timur
di Jawa Tengah.
No comments:
Post a Comment