Search This Blog

Monday, August 19, 2019

Tipe-tipe Hutan Pegunungan




Hutan pegunungan rendah
Hutan pegunungan rendah terletak di ketinggian 600 — 1400 M dpl, hutan ini menyerupai hutan basah, pohon-pohon kecil serta berakar papan. Hutan pegunungan rendah terdiri dariAnnonaceae dan Burseraceae. Pada ketinggian 1000 m dpl terdapat Dipterocarpus retusa dan Diptorocarpus simoresis, leguminosae, meliaceae, sapindaceae dan sapotaceae.

Hutan pegunungan tinggi
Zona hutan pegunungan tinggi berada di ketinnggian 1400 — 3000 M dpl dan terdapat pada pegunungan Malaysia. Vegetasi zona ini termasuk hutan basah, hanya terdapat tajuk lebih dari satu lapis (One Storeyed Stand),.
Hutan pada zona ini tidak membentuk satu kesatuan karena di selingi oleh padang rumput dan semak atau paku-pakuan. Karena pengaruh iklim hutan pada zona terbentuk hutan savana (Mountain savana) dan padang rumput (Mountain grass land).

Hutan sub alpin
Hutan sub alpin terletak di ketinggian 3000 — 4000 M dpl. Hutan ini lebih bersifat hutan basah daerah beriklim sedang (temperate rain forest) dengan perbedaan bahwa pada zona ini terdapat strata tunggal yang dibentuk oleh pohon-pohon kecil sebagai penutup tanah

Hutan vegetasi Alpin
Hutan vegetasi Alpin  terletak di ketinggian 4000 M dpl keatas, terdapat daerah semak-semak dan terna dikotik tidak berpohon. Pada daerah ini dapat dijumpai beberapa jenis berkayu ( bukan pohon) seperti : Drimys dan Coprosma, tetapi umumnya rumput dan lumut adalah sebagai penutup tanah.

Sedangkan menurut Simon (1978), atas dasar ketinggian tempat di Indonesia maka dikenal adanya :
  Vegetasi litoral (terendam)
  Hutan Payau (Mangrove forest)
  Hutan Rawa ( Swamp forest)
  Hutan Gambut ( Peat swamp forest)
  Hutan dataran rendah (Low land forest)
  Hutan dataran tinggi (Lower mountain forest)
  Hutan Pegunungan ( Upper mountain forest)

Zona-pegunungan (600 – 2300 m) :
Sub-zona pegunungan bawah (699 – 1.500 m) : Pakis pohon lebih banyak ditemukan di semak dan lapisan pohon bawah, serta perdu seperti Elastosterma, Bogonia dan sejenis Impatiens berbunga jingga merah jambu yang menyolok di lapisan bawah. Hutan ini juga kaya akan spesies dan pohon-pohon Castanopsis dan Lithocarpus dan Sloanea , serta Cryptocarya .
Sub-zona pegunungan tengah : Hutan pegunungan tengah campuran, hutan Captanopsis , hutan Notofagus , hutan Caniferous , hutan rawa pegunungan tengah, rawa rumput sedge, rawa rumput Phragmites pegunungan tengah, padang rumput Miscanthus pegunungan tengah dan rangkaian vegetasi bekas ladang.
Pohon-pohon tudung yang banyak tumbuh berasal dari keluarga Fagaceae, Lauraceae, Cunioneaceae, Elaeocarpaceae , dan Myrtaceae . Tumbuhan bawah pohon meliputi Garcinia, Astronia, Polyosomo, Symlocos, Sericolea, Drymis, Prunus, Pittospermum dan Araliaceae .
Hutan Coniferous terdapat pada ketinggian diatas 2.400 m. Beberapa genusnya antara lain Podocarpus, Darycarpus, Papuacerdus, Phyllocladus dan Arocaria .
Zona sub-alpin
Zona sub-alpin ditandai dengan adanya hutan-hutan sub-alpin, yang bercampur dengan vegetasi jenis lainnya. Hutan sub-alpin-bawah miskin akan flora. Hutan di zona ini memiliki tudung yang tertutup, dengan ketinggian mencapai 10 hingga 15 m. Beberapa jenis yang dominan antara lain Rapanea sp., Dacrycarpus compactus dan Papuacedrus papuas .
Zona alpin Zona alpin berada pada ketinggian antara 4.170 dan 458.5 m dpl. Vegetasi alpin meliputi semua komunitas yang tumbuh di atas batas semak tinggi. Vegetasi ini berbentuk padang rumput, kerangas dan tundra.

1.      Hutan basah adalah hutan yang memperoleh curah hujan yang tinggi, sering juga kita kenal dengan istilah hutan pamah. Hutan jenis ini dapat dijumpai di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Bagian Utara dan Papua. Jenis-jenis yang umum ditemukan di hutan ini, yaitu: Meranti (Shorea dan Parashorea), keruing (Dipterocarpus), Kapur (Dryobalanops), kayu besi (Eusideroxylon zwageri), kayu hitam (Diospyros sp).


Ciri-ciri

  • Masa pertumbuhan lama;
  • Jenis tumbuhan banyak;
  • Ketinggian 20 m sampai 40 m;
  • Berdaun lebar;
  • Hutan basah;
  • Jenis pohon sulur hingga kayu keras.


Lingkungan biotik

  1. Flora menurut lapisan tanahnya:
  • Lapisan pohon-pohon yang lebih tinggi, muncul di sana-sini dan menonjol di atas atap tajuk (kanopi hutan) sehingga dikenal sebagai “sembulan” (emergent). Sembulan ini bisa sendiri-sendiri atau kadang-kadang menggerombol, namun tak banyak. Pohon-pohon tertinggi ini bisa memiliki batang bebas cabang lebih dari 30 m, dan dengan lingkar batang hingga 4,5 m.
  • Lapisan kanopi hutan rata-rata, yang tingginya antara 24–36 m. Kanopi hutan banyak mendukung kehidupan lainnya, semisal berbagai jenis epifit (termasuk anggrek), bromeliad, lumut, serta lumut kerak, yang hidup melekat di cabang dan rerantingan.
  • Lapisan tajuk bawah, yang tidak selalu menyambung. Lapisan ini tersusun oleh pohon-pohon muda, pohon-pohon yang tertekan pertumbuhannya, atau jenis-jenis pohon yang tahan naungan seperti jenis pemanjat (liana) yang melilit batang atau mengait cabang untuk mencapai atap tajuk, lumut, paku-pakuan dan paku lumut (Selaginella spp.) dan semak-semak.
2.      Fauna hewan yang banyak hidup di daerah hutan basah ini adalah hewan-hewan pemanjat sejenis primata dan nokturnal (hewan yang aktif pada malam hari).
Proses Pembentukan

Hutan basah merupakan komunitas hasil interaksi antara iklim regional dan biota regional. Vegetasi hutan basah tidak akan pernah mengalami gugur daun seperti hutan yang ada di daerah-daerah subtropis, seperti sebagian besar Eropa, Asia Timur, dan daerah Asia Barat. Sehingga dedaunan yang hidup didaerah hutan basah akan selalu berwarna hijau sepanjang tahun (evergreen)

2.      Apabila dilihat perkembangan vegetasi yang ada di daerah pantai (litoral), maka sesungguhnya sering dijumpai dua formasi vegetasi, yaitu formasi Pescaprae dan formasiBarringtonia.

1. Formasi Pescaprae

Formasi ini terdapat pada tumpukan-tumpukan pasir yang mengalami proses peninggian di sepanjang pantai, dan hampir terdapat di selumh pantai Indonesia. Komposisi spesies tumbuhan pada formasi pescaprae di mana saja hampir sama karena spesies tumbuhannya didominasi oleh Ipomoea pescaprae (katang-katang) salah satu spesies tumbuhan menjalar, herba rendah yang akamya mampu mengikat pasir. Sebetulnya nama fomlasi pescapraediambil dari nama spesies tumbuhan yang dominan itu. Akan tetapi, ada spesies-spesies tumbuhan lainnya yang umumnya terdapat pada formasi pescaprae antara lain Cyperus penduculatus, Cyperus stoloniferus, Thuarea linvoluta, Spinifex littoralis, Vitex trifolia, Ishaemum muticum, Euphorbia atoto, Launaca sarmontasa, Fimbristylis sericea, Canavalia abtusiofolia, Triumfetta repens, Uigna marina, Ipomea carnosa, Ipomoea denticulata, danIpomoea littoralis.

Formasi ini terdapat di atas formasi pescaprae, yaitu pada daerah pantai persis di belakang formasi pescaprae yang telah memungkinkan untuk ditumbuhi berbagai spesies pohon khas hutan pantai.

2. Formasi Barringtonia
Formasi baringtonia yang terletak jauh dari garis pantai. Pohon Baringtonia (keben atau butun) dan Terminalia (ketapang) merupakan tumbuhan penyusunnya yang khas. Daerah ini biasanya berpasir atau berbatu cadas, formasi umumnya terdapat setelah formasi pes-caprae.
Disebut formasi Barringtonia karena spesies tumbuhan yang dominan di daerah ini adalah spesies pohon Barringtonia asiatica. Sebenarnya yang dimaksud ekosistem hutan pantai adalah formasi Barringtonia ini. Beberapa spesies pohon yang tumbuh di pantai dan menyusun ekosistem hutan pantai antara lain Barringtonia asiatica, Casuarina equisetifolia, Terminalia eatappa, Hibiscus tiliaceus, Calophyllum inophyllum, Hernandia peltata, Sterculia foetida, Manilkara kauki, Cocos nucifera, Crinum asiaticum, Cycas rumphii, Caesalpinia bonducella, Morinda citrifolia, Oehrocarpus ovalifolius, Taeea leontopetaloides, Thespesia populnea, Tournefortia argentea, Wedelia biflora, Ximenia americana, Pisonia grandis, Pluehea indica, Pongamia pinnata, Premna Corymbosa, Premna obtusifolia, Pemphis acidula, Planchonella obovata, Scaevola taccada, Scaevola frutescens, Desmodium umbellatum, Dodonaea viscesa, Sophora tomentosa, Erythrina variegata, Guettarda speciosa, Pandanus bidur, Pandanus tectorius, dan Nephrolepis biserrata.
3.      Beberapa manfaat yang tidak langsung hutan mangrove sebagai konsumsi manusia antara lain adalah:

Menumbuhkan pulau dan menstabilkan pantai
  Salah satu peran dan sekaligus manfaat ekosistem mangrove, adalah adanya sistem perakaran mangrove yang kompleks dan rapat, lebat dapat memerangkap sisa-sia bahan organik dan endapan yang terbawa air laut dari bagian daratan. Proses ini menyebabkan air laut terjaga kebersihannya dan dengan demikian memelihara kehidupan padang lamun (seagrass) dan terumbu karang. Karena proses ini maka mangrove seringkali dikatakan pembentuk daratan karena endapan dan tanah yang ditahannya menumbuhkan perkembangan garis pantai dari waktu ke waktu. Pertumbuhan mangrove memperluas batas pantai dan memberikan kesempatan bagi tumbuhan terestrial hidup dan berkembang di wilayah daratan. Akar pohon mangrove juga menjaga pinggiran pantai dari bahaya erosi. Buah vivipar yang dapat berkelana terbawa air hingga menetap di dasar yang dangkal dapat berkembang dan menjadi kumpulan mangrove di habitat yang baru. Dalam kurun waktu yang panjang habitat baru ini dapat meluas menjadi pulau sendiri.

Menjernihkan air
  Akar pernafasan (akar pasak) dari api-api dan tancang bukan hanya berfungsi untuk pernafasan tanaman saja, tetapi berperan juga dalam menangkap endapan dan bisa membersihkan kandungan zat-zat kimia dari air yang datang dari daratan dan mengalir ke laut. Air sungai yang mengalir dari daratan seringkali membawa zat-zat kimia atau polutan. Bila air sungai melewati akar-akar pasak pohon api-api, zat-zat kimia tersebut dapat dilepaskan dan air yang terus mengalir ke laut menjadi bersih. Banyak penduduk melihat daerah ini sebagai lahan marginal yang tidak berguna sehingga menimbunnya dengan tanah agar lebih produktif. Hal ini sangat merugikan karena dapat menutup akar pernafasan dan menyebabkan pohon mati.

Mengawali rantai makanan
  Daun mangrove yang jatuh dan masuk ke dalam air. Setelah mencapai dasar teruraikan oleh mikro organisme (bakteri dan jamur). Hasil penguraian ini merupakan makanan bagi larva dan hewan kecil air yang pada gilirannya menjadi mangsa hewan yang lebih besar serta hewan darat yang bermukim atau berkunjung di habitat mangrove.

Melindungi dan memberi nutrisi
  Akar tongkat pohon mangrove memberi zat makanan dan menjadi daerah nursery bagi hewan ikan dan invertebrata yang hidup di sekitarnya. Ikan dan udang yang ditangkap di laut dan di daerah terumbu karang sebelum dewasa memerlukan perlindungan dari predator dan suplai nutrisi yang cukup di daerah mangrove ini. Berbagai jenis hewan darat berlindung atau singgah bertengger dan mencari makan di habitat mangrove.
Beberapa kegunaan pohon mangrove yang langsung dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari antara lain adalah:
  • Tempat tambat kapal.
Daerah teluk yang terlidung seringkali dijadikan tempat berlabuh dan bertambatnya perahu. Dalam keadaan cuaca buruk pohon mangrove dapat dijadikan perlindungan dengan bagi perahu dan kapal dengan mengikatkannya pada batang pohon mangrove. Perlu diperhatikan agar cara tambat semacam ini tidak dijadikan kebiasaan karena dapat merusak batang pohon mangrove yang bersangkutan.
  • Obat-obatan.
Kulit batang pohonnya dapat dipakai untuk bahan pengawet dan obat-obatanMacam-macam obat dapat dihasilkan dari tanaman mangrove. Campuran kulit batang beberapa species mangrove tertentu dapat dijadikan obat penyakit gatal atau peradangan pada kulit. Secara tradisional tanaman mangrove dipakai sebagai obat penawar gigitan ular, rematik, gangguan alat pencernaan dan lain-lain. Getah sejenis pohon yang berasosiasi dengan mangrove (blind-your-eye mangrove) atau Excoecaria agallocha dapat menyebabkan kebutaan sementara bila kena mata, akan tetapi cairan getah ini mengandung cairan kimia yang dapat berguna untuk mengobati sakit akibat sengatan hewan laut. Air buah dan kulit akar mangrove muda dapat dipakai mengusir nyamuk. Air buah tancang dapat dipakai sebagai pembersih mata. Kulit pohon tancang digunakan secara tradisional sebagai obat sakit perut dan menurunkan panas. Di Kambodia bahan ini dipakai sebagai penawar racun ikan, buah tancang dapat membersihkan mata, obat sakit kulit dan di India dipakai menghentikan pendarahan. Daun mangrove bila di masukkan dalam air bisa dipakai dalam penangkapan ikan sebagai bahan pembius yang memabukkan ikan (stupefied).
  • Pengawet.
Buah pohon tancang dapat dijadikan bahan pewarna dan pengawet kain dan jaring dengan merendam dalam air rebusan buah tancang tersebut. Selain mengawetkan hasilnya juga pewarnaan menjadi coklat-merah sampai coklat tua, tergantung pekat dan lamanya merendam bahan. Pewarnaan ini banyak dipakai untuk produksi batik, untuk memperoleh pewarnaan jingga-coklat. Air rebusan kulit pohon tingi dipakai untuk mengawetkan bahan jaring payang oleh nelayan di daerah Labuhan, Banten.
  • Pakan dan makanan.
Daunnya banyak mengandung protein. Daun muda pohon api-api dapat dimakan sebagai sayur atau lalapan. Daun-daun ini dapat dijadikan tambahan untuk pakan ternak. Bunga mangrove jenis api-api mengandung banyak nectar atau cairan yang oleh tawon dapat dikonversi menjadi madu yang berkualitas tinggi. Buahnya pahit tetapi bila memasaknya hatihati dapat pula dimakan. .
  • Bahan mangrove dan bangunan.
Batang pohon mangrove banyak dijadikan bahan bakar baik sebagai kayu bakar atau dibuat dalam bentuk arang untuk kebutuhan rumah tangga dan industri kecil. Batang pohonnya berguna sebagai bahan bangunan. Bila pohon mangrove mencapai umur dan ukuran batang yang cukup tinggi, dapat dijadikan tiang utama atau lunas kapal layar dan dapat digunakan untuk balok konstruksi rumah tinggal. Batang kayunya yang kuat dan tahan air dipakai untuk bahan bangunan dan cerocok penguat tanah. Batang jenis tancang yang besar dan keras dapat dijadikan pilar, pile, tiang telepon atau bantalan jalan kereta api. Bagi nelayan kayu mangrove bisa juga untuk joran pancing. Kulit pohonnya dapat dibuat tali atau bahan jaring.

4.      Terjadinya konversi di hutan rawa gambut akan mempengaruhi system hidrologi pada hutan tersebut. Ketika pohon ditebang akan terjadi subsidensi sehinga tanah gambut yang sifatnya hidropobik tidak akan dapat lagi menyerap air. Subsidensi pada hutan rawa gambut menyebabkan bakteri pembusuk akan hidup ditanah gambut. Bakteri akan mendekomposisi tanah gambut yang didominasi oleh dahan, ranting dan pohon, CO2  yang terkandung didalam pohon tersebut akan teremisi keudara  dan menutupi lapisan ozon yang akan menciptakan efek rumah kaca yang mengakibatkan terjadinya pemanasan global. Emisi karbon dioksida yang diakibatkan oleh terdekomposisinya tanah gambut yang diakibatkan berubahnya ekosistem hutan rawa gambut yag sudah mengalami subsidensi kuantitasnya akan melebihi emisi yang diakibatkan oleh bakteri bahan bakar fosil. (Canadel, 2006)


A.    Formasi pes-caprae dicirikan oleh Ipomoea pes-caprae (Telapak Kambing) sebagai tumbuhan penyusun yang paling menyolok. Daerah ini biasanya berpasir.
B.     Pohon
tumbuhan yang mempunyai batang dan cabang terbentuk dari berkayu. Pohon memiliki batang utama yang tumbuh tegak, menopang tajuk pohon
C. Anemokori
Anemokori adalah pemencaran biji dengan bantuan angin. Hembusan angin dapat membawa spora atau biji pergi meninggalkan induknya untuk menemukan daerah baru yang cocok dan sesuai dengan habitat sebelumnya, untuk tumbuh menjadi tumbuhan baru.
Ciri alat pemencaran pada cara ini:
1. Biji kecil dan ringan, contohnya biji anggrek (Orchidaceae) dan spora jamur.
2. Biji berbulu atau berambut, contohnhya alang-alang (Imperata cylindrical) dan kapuk (Ceiba pentandra).
3. Biji bersayap, contohnya mahoni (Switenia sp) dan dammar (Agathis alba).
4. Buah bersayap, contohnya meranti dan tengkawang (famili Dipterocarpaceae).
5. Biji terpencar karena tangkainya tergoyang angin dan keluar lewat lubang atau celah pada biji. Mekanisme ini disebut pendupaan, misalnya pada opium (Papaver).
D. Spesies nomaden
Spesies yang berpindah-pindah dan belum menetap.
E.     Cagar alam
Cagar alam adalah suatu kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Contoh kawasan yang dijadikan cagar alam di Indonesia adalah Cagar Alam Pananjung Pangandaran di Jawa Barat, Cagar Alam Nusakambangan Barat dan Cagar Alam Nusakambangan Timur di Jawa Tengah.


No comments:

Post a Comment