Perkembangan Janin di Rahim
A. Pertumbuhan Embrio
1. Pembelahan
Menurut Yatim (1990:155) pada manusia pembelahan
terjadi secara holobastik tidak teratur. Dimana bidang dan waktu tahap-tahap
pembelahan tidak sama dan tidak serentak pada berbagai daerah zigot. Awalnya
zigot membelah menjadi 2 sel, kemudian terjadi tingkat 3 sel, kemudian tingkat
4 sel, diteruskan tingkat 5 sel, 6 sel, 7 sel, 8 sel, dan terus menerus hingga
terbentuk balstomer yang terdiri dari 60-70 sel, berupa gumpalan massif yang
disebut morula.
Pembelahan atau segmentasi terjadi setelah
pembelahan. Zigot membelah berulang kali sampai terdiri dari berpuluh sel kecil
yang disebut blastomer. Pembelahan itu bias meliputi seluruh bagian, bias pula
hanya sebagian kecil zigot. Pembelahan ini terjadi secara mitosis. Bidang yang
ditempuh oleh arah pembelahan ketika zigot mengalami mitosis terus-menerus
menjadi banyak sel, disebut bidang pembelahan. Ada 4 macam bidang pembelahan
yaitu meridian, vertical, ekuator dan latitudinal
2. Blastulasi dan Nidasi
Setelah sel-sel morula mengalami pembelahan
terus-menerus maka akan terbentuk rongga di tengah. Rongga ini makin lama makin
besar dan berisi cairan. Embrio yang memiliki rongga disebut blastula,
rongganya disebut blastocoel, proses pembentukan blastula disebut blastulasi.
Pembelahan hingga terbentuk blastula ini terjadi
di oviduk dan berlangsung selama 5 hari. Selanjutnya blastula akan mengalir ke
dalam uterus. Setelah memasuki uterus, mula-mula blastosis terapung-apung di
dalam lumen uterus. Kemudian, 6-7 hari setelah fertilisasi embryo akan
mengadakan pertautan dengan dinding uterus untuk dapat berkembang ke tahap
selanjutnya. Peristiwa terpautnya antara embryo pada endometrium uterus disebut
implantasi atau nidasi.
Implantasi ini telah lengkap pada 12 hari setelah fertilisasi (Yatim, 1990:
136)
3. Gastrulasi
Menurut Tenzer (2000:212) Setelah tahap blastula
selesai dilanjutkan dengan tahap gastrulasi. Gastrula berlangsung pada hari ke
15. Tahap gastrula ini merupakan tahap atau stadium paling kritis bagi embryo.
Pada gastrulasi terjadi perkembangan embryo yang dinamis karena terjadi
perpindahan sel, perubahan bentuk sel dan pengorganisasian embryo dalam suatu
sistem sumbu. Kumpulan sel yang semula terletak berjauhan, sekarang terletak
cukup dekat untuk melakukan interkasi yang bersifat merangsang dalam
pembentukan sistem organ-organ tbuh. Gastrulasi ini menghasilkan 3 lapisan lembaga/lapis benih/blastoderm,
yaitu laisan endoderm di sebelah dalam, mesoderm disebelah tengah dan ectoderm
di sebelah luar.
Dalam proses gastrulasi disamping terus menerus
terjadi pembelahan dan perbanyakan sel, terjadi pula berbagai macam gerakan sel
di dalam usaha mengatur dan menyusun sesuai dengan bentuk dan susunan tubuh
individu dari spesies yang bersangkutan.
4. Tubulasi
Tubulasi adalah pertumbuhan yang mengiringi
pembentukan gastrula atau disebut juga dengan pembumbungan. Daerah-daerah bakal
pembentuk alat atau ketiga lapis benih ectoderm, mesoderm dan endoderm,
menyusun diri sehingga berupa bumbung, berongga. Yang tidak mengalami
pembumbungan yaitu notochord, tetapi masif. Mengiringi proses tubulasi terjadi
proses differensiasi setempat pada tiap bumbung ketiga lapis benih, yang pada
pertumbuhan berikutnya akan menumbuhkan alat (organ) bentuk definitif. Ketika
tubulasi ectoderm saraf berlangsung, terjadi pula differensiasi awal pada
daerah-daerah bumbung itu, bagian depan tubuh menjadi encephalon (otak) dan
bagian belakang menjadi medulla spinalis bagi bumbung neural (saraf). Pada
bumbung endoderm terjadi differensiasi awal saluran atas bagian depan, tengah
dan belakang. Pada bumbung mesoderm terjadi differensiasi awal untuk
menumbuhkan otot rangka, bagian dermis kulit dan jaringan pengikat lain, otot
visera, rangka dan alat urogenitalia.
5. Organogenesis
Organogenesis atau morfogenesis adalah embryo
bentuk primitive yang berubah menjadi bentuk yang lebih definitive dan
memmiliki bentuk dan rupa yang spesifik dalam suatu spesies. Organogensisi
dimulai akhir minggu ke 3 dan berakhir pada akhir minggu ke 8. Dengan
berakhirnya organogenesis maka cirri-ciri eksternal dan system organ utama
sudah terbentuk yang selanjutnya embryo disebut fetus (Amy Tenzer,dkk, 2000)
Pada periode pertumbuhan antara atau transisi
terjadi transformasi dan differensiasi bagian-bagian tubuh embryo dari bentuk
primitive sehingga menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embryo akan
memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spesies. Pada periode pertumbuhan akhir,
penyelesaian secara halus bentuk definitive sehingga menjadi ciri suatu
individu. Pada periode ini embryo mengalami penyelesaian pertumbuhan jenis
kelamin, watak (karakter fisik dan psikis) serta wajah yang khusus bagi setiap
individu. Organogenesis pada bumbung-bumbung:
1.
Bumbung epidermis, berkembang
menjadi:
a.
Lapisan epidermis kulit, dengan
derivatnya yang bertekstur (susunan kimia) tanduk: sisik, bulu, kuku, tanduk,
cula, taji.
b.
Kelenjar-kelenjar kulit:
kelenjar minyak bulu, kelenjar peluh, kelenjar ludah, kelenjar lender, kelenjar
air mata.
c. Lensa mata, alat telinga dalam, indra bau
dan indra peraba.
d. Stomodeum menumbuhkan mulut, dengan
derivatnya seperti lapisan email gigi, kelenjar ludah dan indra pengecap.
e. Proctodeum menumbuhkan dubur bersama
kelenjarnya yang menghasilkan bau tajam.
f.
Lapisan enamel gigi.
2. Bumbung endoderm
a.
Lapisan epitel seluruh saluran
pencernaan mulai faring sampai rectum.
b.
Kelenjar-kelenjar pencernaan
misalnya hepar, pancreas, serta kelenjar lender yang mengandung enzim dlam
esophagus, gaster dan intestium.
c. Lapisan epitel paru atau insang.
d. Kloaka yang menjadi muara ketiga saluran: pembuangan
(ureter), makanan (rectum), dan kelamin (ductus genitalis).
e. Lapisan epitel vagina, uretra, vesika
urinaria dan kelenjar-kelenjarnya.
3.Bumbung neural (saraf)
1. Otak dan sumsum tulang belakang.
2. Saraf tepi otak dan punggung.
3.
Bagian persyarafan indra,
seperti mata, hidung dan kulit.
4. Chromatophore kulit dan alat-alat tubuh
yang berpigment.
4.Bumbung mesoderm
1. Otot:lurik, polos dan jantung.
2.
Mesenkim yang dapat
berdifferensiasi menjadi berbagai macam sel dan jaringan.
3.
Gonad, saluran serta
kelenjar-kelenjarnya.
4.
Ginjal dan ureter.
5.
Lapisan otot dan jaringan
pengikat (tunica muscularis, tunica adventitia, tunica musclarismucosa dan
serosa) berbagai saluran dalam tubh, seperti pencernaan, kelamin, trakea,
bronchi, dan pembuluh darah.
6.
Lapisan rongga tubuh dan selaput-selaput
berbagai alat: plera, pericardium, peritoneum dan mesenterium.
7.
Jaringan ikat dalam alat-alat
seperti hati, pancreas, kelenjar buntu.
8. Lapisan dentin, cementum dan periodontum
gigi, bersama pulpanya.
Pada minggu ke 5 embryo berukuran 8 mm. Pada saat
ini otak berkembang sangat cepat sehingga kepala terlihat sangat besar. Pada
minggu ke 6 embrio berukuran 13 mm. Kepala masih lebih besar daripada badan
yang sudah mulai lurus, jari-jari mulai dibentuk. Pada minggu ke 7 embryo
berukuran 18 mm, jari tangan dan kaki mulai dibentuk, badan mulai memanjang dan
lurus, genetalia eksterna belum dapat dibedakan. Setelah tahap organogenesis
selesai yaitu pada akhir minggu ke 8 maka embrio akan disebut janin atau fetus
dengan ukuran 30 mm.
B. Tahap Perkembangan Fetus/Janin
Tahap perkembangan janin dimulai pada bulan ke 3
sampai ke 10.
Pada 6
bulan terakhir perkembangan manusia digunakan untuk meningkatkan ukuran dan
mematangkan organ-organ yang dibentuk pada 3 bulan pertama.
Pada bulan ke 3, janin panjangnya 40 mm. Janin sudah mempunyai
sistem organ seperti yang dipunyai oleh orang dewasa. Pada usia ini genitalnya
belum dapat dibedakan antara jantan dan betina dan tampak seperti betina serta
denyut jantung sudah dapat didengarkan.
Pada bulan ke 4 ukuran janin 56 mm. Kepala masih dominan dibandingkan bagian badan,
genitalia eksternal nampak berbeda. Pada minggu ke 16 semua organ vital sudah
terbentuk. Pembesaran uterus sudah dapat dirasakan oleh ibu.
Pada bulan ke 5 ukuran janin 112 mm, sedangkan akhir bulan ke 5
ukuran fetus mencapai 160 mm. Muka nampak seperti manusia dan rambut mulai
nampak diseluruh tubuh (lanugo). Pada yang jantan testis mulai menempati tempat
dimana ia akan turun ke dalam skrotum. Gerakan janin sudah dapat dirasakan oleh
ibu. Paru-paru sudah selesai dibentuk tapi belum berfungsi.
Pada bulan ke 6 ukuran tubuh sudah lebih proporsional tapi nampak
kurus, organ internal sudah pada posisi normal.
Pada bulan ke 7 janin nampak kurus, keriput dan berwarna merah.
Skrotum berkembang dan testis mulai turun untuk masuk ke skrotum, hal ini
selesai pada bulan ke 9. system saraf berkembang sehingga cukup untuk mengatur
pergerakan fetus, jika dilahirkan 10% dapat bertahan hidup.
Pada bulan ke 8 testis ada dalam skrotum dan tubuh mulai
ditumbuhi lemak sehingga terlihat halus dan berisi. Berat badan mulai naik jika
dilahirkan 70% dapat bertahan hidup.
Pada bulan ke 9, janin lebih banyak tertutup lemak (vernix
caseosa). Kuku mulai nampak pada ujung jari tangan dan kaki.
Pada bulan ke 10, tubuh janin semakin besar maka ruang gerak
menjadi berkurang dan lanugo mulai menghilang. Percabangn paru lengkap tapi
tidak berfungsi sampai lahir. Induk mensuplai antibodi plasenta mulai regresi
dan pembuluh darah palsenta juga mulai regresi.
C. Karakteristik Janin
Proses Terbentuknya janin laki-laki dan perempuan
Proses terbentuknya janin laki-laki dan perempuan
dimulai dari deferensiasai gonad. Awalnya sel sperma yang berkromosom Y akan
berdeferensiasi awal menjadi organ jantan dan yang X menjadi organ betina.
Deferensiasi lanjut kromosom Y membentuk testis sedangkan kromosom X membentuk
ovarium. Proses deferensiasi menjadi testis dimulai dari degenerasi cortex dari
gonad dan medulla gonad membentuk tubulus semineferus. Di celah tubulus sel
mesenkim membentuk jaringan intertistial bersama sel leydig. Sel leydig bersama
dengan sel sertoli membentuk testosteron dan duktus muller tp duktus muller
berdegenerasi akibat adanya faktor anti duktus muller, testosteron
berdeferensiasi menjadi epididimis, vas deferent, vesikula seminlis dan duktus
mesonefros. Karena ada enzim 5 alfareduktase testosteron berdeferensiasi
menjadi dihidrotestosteron yang kemudian pada epitel uretra terbentuk prostat
dan bulbouretra. Selanjunya mengalami pembengkakan dan terbentuk skrotum.
Kemudian testis turun ke pelvis terus menuju ke skrotum. Mula-mula testis
berada di cekukan bakal skrotum saat skrotum mkin lmamakin besar testis
terpisah dari rongga pelvis.
Sedangkan kromosom X yang telah mengalami
deferensiasi lanjut kemudian pit primer berdegenerasi membentuk medula yang
terisi mesenkim dan pembuluh darah, epitel germinal menebal membentuk sel
folikel yang berkembang menjadi folikel telur. Deferensiasi gonad jadi ovarium
terjadi setelah beberapa hari defrensiasi testis. Di sini cortex tumbuh membina
ovarium sedangkan medula menciut. PGH dari placenta mendorong pertumbuhan sel
induk menjadi oogonia, lalu berplorifrasi menjadi oosit primer. Pada perempuan
duktus mesonefros degenerasi. Saat gonad yang berdeferensiasi menjadi ovarium
turun smpai rongga pelvis kemudian berpusing sekitar 450 letaknya
menjadi melintang.
Penis dan klitoris awalnya pertumbuhannya sama
yaitu berupa invagina ectoderm. Klitoris sebenarnya merupakan sebuh penis yang
tidak berkembang secara sempurna. Pada laki-laki evagina ectoderm berkembang bersama terbawanya sinus
urogenitalis dari cloaca.
Pengeluaran Bayi
Kelahiran bayi dibagi dalam beberapa
tahap. Tahap
pertama, proses persiapan persalinan. Dalam tahap ini terjadi pembukaan
(dilatasi) mulut rahim sampai penuh. Selanjutnya, tahap kedua adalah kelahiran
bayi yang keluar dengan selamat. Tahap ketiga, pengeluaran plasenta. Tahap
berikutnya adalah observasi terhadap ibu selama satu jam usai plasenta keluar.
Tahapan yang pertama adalah kontraksi.
Ini biasanya fase paling lama. Pembukaan leher rahim (dilatasi) sampai 3 cm,
juga disertai penipisan (effasi). Hal ini bisa terjadi dalam waktu beberapa hari, bahkan
beberapa minggu, tanpa kontraksi berarti (kurang dari satu menit). Tapi pada
sebagian orang mungkin saja terjadi hanya 2-6 jam (atau juga sepanjang 24 jam)
dengan kontraksi lebih jelas. Setelah itu leher rahim akan semakin
lebar.Umumnya fase ini lebih pendek dari fase sebelumnya, berlangsung sekitar
2-3 jam. Kontraksi kuat terjadi sekitar 1 menit, polanya lebih teratur dengan
jarak 4-5 menit. Leher rahim membuka sampai 7 cm.
Secara umum dan normal, pembukaan
leher rahim akan terus meningkat dengan kontraksi yang makin kuat. Terjadi 2-3
menit sekali selama 1,5 menit dengan puncak kontraksi sangat kuat, sehingga ibu
merasa seolah-olah kontraksi terjadi terus-menerus tanpa ada jeda.
Pembukaan leher rahim dari 3 cm sampai
10 cm terjadi sangat singkat, sekitar 15 menit sampai 1 jam. Saat ini calon ibu
akan merasakan tekanan sangat kuat di bagian bawah punggung. Begitu pula tekanan pada anus disertai
dorongan untuk mengejan. Ibu pun akan merasa panas dan berkeringat dingin.
Posisi calon ibu saat melahirkan turut
membantu lancarnya persalinan. Posisi setengah duduk atau setengah jongkok
mungkin posisi terbaik karena posisi ini memanfaatkan gaya berat dan menambah
daya dorong ibu.
Pengeluaran plasenta
Rasa lelah ibu adalah hal yang tersisa
ketika bayi sudah keluar, tapi tugas belum berakhir. Plasenta yang selama ini
menunjang bayi untuk hidup dalam rahim harus dikeluarkan.
Mengerutnya rahim akan memisahkan
plasenta dari dinding rahim dan menggerakkannya turun ke bagian bawah rahim
atau ke vagina. Ibu
hanya tinggal mendorongnya seperti halnya mengejan saat mengeluarkan bayi.
Hanya saja tenaga yang dikeluarkan tak sehebat proses pengeluaran bayi. Apabila
plasenta telah keluar, akan segera dijahit robekan atau episiotomi sehingga
kembali seperti semula.
mari gabung bersama kami di Aj0QQ*c0M
ReplyDeleteBONUS CASHBACK 0.3% setiap senin
BONUS REFERAL 20% seumur hidup.