contoh laporan praktikum taksonomi hewan
IDENTIFIKASI DAN DESKRIPSI KARAKTERISTIK DAN MORFOLOGI HEWAN VERTEBRATA ,KHUSUSNYA PADA KELAS PISCES,AMPHIBI,REPTIL
(Identification And Description Features And Morphology Vertebrate Animals, Especially In Class Pisces, Amphibians, Reptile)
Oleh/By :
ASY
Laboratorium FMIPA UNPAK
UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR
Tanggal praktikum 28 November 2013
ABSTRACT
This lab aims to train students in particular UNPAK Faculty student of biology to be able to identify and describe the general morphological characteristics and vertebrate animals, particularly in the class pisces, amphibians and reptiles.
Keywords : kunci determinasi , class pisces, amphibians, reptiles
ABSTRAK
Praktikum ini bertujuan untuk melatih mahasiswa FMIPA UNPAK khususnya mahasiswa program studi biologi agar mampu dalam mengidentifikasi dan mendeskripsikan karakteristik dan morfologi umum hewan vertebrata, khususnya pada kelas pisces,amphibi dan reptil.
Kata kunci : kunci determinasi , class pisces, amphibians, reptiles
I. PENDAHULUAN
Pada kelas pisces untuk determinasinya digunakan kunci determinasi dengan ciri-ciri yang dicantumkan pada kunci determinasi, dimulai dari nomer (1). Dilanjutkan dengan nomer berikutnya, sesuai dengan nomor yang dicantumkan di belakang karakter-karakter yang bersangkutan. Begitu selanjutnya, sampai pada akhirnya akan didapatka berturut-turut : ordo,famili,genus, dan spesies dari ikan tersebut. Seperti yang kita ketahui Ciri utama Pisces sebagai berikut: Hewan berdarah dingin yang hidup di dalam air.
Bernapas dengan insang (operculum) dan di bantu oleh kulit .Tubuh terdiri atas Kepala.
Rangka tersusun atas tulang sejati.Jantung terdiri atas satu serambi dan satu bilik.Tubuh ditutupi oleh sisik dan memiliki gurat sisi untuk menentukan arah dan posisi berenang.
Ciri-ciri ikan yang penting untuk determinasi :
a. Rumus sirip, yang menggambarkan bentuk dan jumlah jari-jari sirip,serta bentuk dar sirip seendiri.
b. Perbandingan antara panjang, lebar, dan tinggi bagian-bagian tertentu , atau antara bagian-bagian itu sendiri.
c. Bentuk garis rusuk dan jumlah sisik yang membentuk garis rusuk tersebut.
d. Jumlah sisik pada garis pada pertengahn sisi atau garis sisi.
e. Bentuk, susunan dan tempat melekatnya sisik-sisik dan gigi-gigi.
Jari-jari sirip dapat dibedakan menjadi dua macam :
1. Jari-jari keras
2. Jari-jari lemah
Jari-jari keras tidak beruas-ruas,tidak berlubang, keras dan tidak dapat dibengkokan. Biasanya jari-jari keras ini berupa duri atau patil, merupakan alat untuk mempertahankan diri bagi ikan. Jari-jari lemah biasanya bening, seperti tulang rawan dapat dibengkokan, dan beruas-ruas. Bentuk berbeda-beda tergantung jenis ikanya. Jari-jari lemah mungkin sebagian mengeras, salah satu sisi bergigi, bercabang atau satu sama lain berhimpitan.
Jari-jari keras jumlahnya ditulis dengan huruf romawi, walaupun jari-jari itu pendek sekali atau rudimenter. Misalnya sirip punggung terdiri dari 10 jari-jari keras maka rumusnya adalah D.X
Jari-jari lemah, jumlahnya dituliskan dengan huruf biasa. Misalnya sirip pungung terdiri dari 10 jari-jari lemah, maka penulisanya D.10
Bila pada satu sirip terdapat dua macam jari-jari, maka jumlah tiap-tiap macam dituliskan berdampingan. Misalnya sirip punggung terdiri dari 10 jari-jari keras dan 8 jari-jari lemah, maka penulisanya D.X.8.
Bila bagian sirip punggung yang berjari-jari keras jelas terpisah dari bagian yang jari-jari lemah sehingga dapat dikatakan bahwasirip punggung ada dua, maka rumusnya D1.X.D2 . *.
Pada ikan yang mempunyai sirip punggung dan sirip dubur dengan jarijari yang jelas, maka dua jari-jari yanng terakhir dihitung sebagai satu jari-jari.
Pada ikan yang sirip ekornya bercabang, jumlah jari-jari sirip ini ditetapkan sebanyak jumlah jari-jari yang bercabang ditambah dua .
Menghitung jari-jari sirip
Untuk membedakan rumus dari satu sirip, pertama cantumkan dulu notasi yang menentukan sirip yang mana dimaksud. Misalnya satu jenis ikan yang mempunyai jari-jari sirip punggung 6, jari-ari sirip ekor 12, jari-jari siip dubur 6, dimana dua diantaranya keras, maka rumus siripnya ditulis D.6,C.12.A.II.4.
Menghitung jari-jari yang berpasangan, dilakukan pada sirp yang terletak pada sisi sebelah kiri. Pada pengamatan, ikan diletakan pada perut ke arah ventral, dan kepala disebelah kiri.
Macam-macam ukuran
Dikarenakan jenis ikan berbeda-beda ukuranya disebabkan umur dan keadaan tempat hidupnya, maka tidaklah mungkin memberikan ukuran untuk determinasi secara mutlak. Ukuran yang diberikan untuk determinasi hanya ukuran perbandingan saja.
1. Panjang baku (SL)
Jarak garis lurus antara ujung kepala paling depan (biasanya ujung salah satu rahang) dengan pelipatan pangkal sirip ekor.
2. Panjang seluruhnya (TL)
Jarak garis lurus antara ujung kepala paling depan dengan ujung sirip yang paling belakang.
3. Tinggi badan (Bd. Dept)
Jarak antara pangkal sirip punggung sampai pangkal sirip perut.
4. Tinggi batang ekor (Dept of C.Pedc)
Jarak terendah dari pelipatan atau ekor.
5. Panjang batang ekor
Jarak miring tepi caudal dasar sirip dubur dengan pangkal jari-jari tengah punggung.
6. Panjang sirip punggung dan sirip dubur
Jarak antara pangkal jari-jari pertama sampai selaput sirip dibelakang jari-jari berakhir.
7. Panjang bagian muka sirip punggung
Jarak antara ujung hidung ( antara bibir) hingga ke pangkal jari-jari pertama sirip punggung.
8. Panjang kepala
Jarak antara ujung dengan hidung sampai tepi belakang keping tutup insang.
9. Tinggi kepala
Panjang garis tegak antara pertengahan kepala sampai bawah
10. Lebar mata
Panjang garis tengah rongga mata
11. Lebar kepala (Hd.W)
Jarak lurus terbesar antara kedua keping tutup insang pada kedua sisi kepala.
12. Panjang bagian kepala belakang mata (Post.Orb.L)
Jarak antara pinggiran belakang rongga mata hingga pinggiran belakang selaput keeping tutup insang.
13. Panjang hidung (Sn.L)
Jarak antara pinggiran termuka hidung (bibir) dan pinggiran rongga mata sebelah kemuka.
14. Panjang ruang antar mata (inter-Orb.L)
Jarak antar pinggiran atas dari kedua rongga mata.
15. Faris rusuk = gurat sisis (linea lateralis)
16. Rumus sirip
Rumus sirip yang menunjukan macam, jumlah dan sifat dari sirip.
Bentuk linea lateralis dan bentuk sisik yang membentuk linea lateralis.
Linea lateralis ikan jumlahnya bermacam-macam, ada yang hanya satu, ada yang lebih, bentuk ada yang lengkap ada pula yang terputus, lurus atau bengkok, dan melengkung ke atas atau melengkung ke bawah. Sisik yang membenuk linea lateralis berlubang atau berpori, dan dibawah sisik terdapat berkas saraf. Untuk menghitung jumlah sisik pada garis linea lateralis, dimulai dari sisik dibelakang lengkung bahu sampai sisik pada permulaan pangkal ekor, atau pada ruas tulang belakang bagian ekor yang terakhir.
Menghitung jumlah sisik yang berada diatas dan dibawah linea lateralis
Weber dan de beaufort menghitung jumlah sisik diatas dan dibawah linea lateralis, dengan membuat garis tegakdari permulaaan sirip punggung pertama hingga pertengahan dasar perut, dan menghitung jumlah sisik yang dilalui garis ini. Apabila cara ini tidak mungkin diterapkan karena melalui dasar sirip perut, maka diambil garis dari ujung dasar sisp perut (jari-jari terakhir) ke sirip punggung. Cara lain untuk menentukan jumlah sirip diatas linea lateralis, yaitu dimulai dari permulaan srip punggung dan dihitung kebawah miring. Untuk menentukan jumlah sisik dibawah linea lateralis, mulai dari permulaan, sirip dubur dan dihitung miring ke atas. Pada semua cara ini,sisik dari linea lateralis sendiri tidak ikut dihitung.
Pada kelas amphibia
Kepala bentuk segitiga dengan moncong yang tumpul, calah mulut lebar, bentuknya lebih kurang seperti bulan sabit. rahang bawah tdak bergerigi, rahang atas bergerigi ataupun tidak. Pada umumnya vomer bergigi, kedudukan vomer terhadap nares posterior sangat penting untuk identifikasi. Lidah melekat pada dasar mulut bagian anterior, ujung membelah atau utuh, runcing atau tumpul. Lubang hidung satu pasang terletak dekat ujung moncong. Mata besar dan bulat, menonjol arah dorsolateral dilengkapi dengan kelopak mata atas yang tebal berdaging dan kelopak mata bawah yang lebih tipis. Kedua kelopak tidak dapat bergerak. Disebelah dalam kedua kelopak terdapat kedua kelopak mata ke-3 yang berupa selaput tipis yang disebut membrane nictitans. Selaput ini dapat bergerak kedorsal. Menutup bola mata. Gunanya untuk menjaga agar bla mata tidak kering apabila hewan berada didarat, atau untuk melindungi bola mata apabila hewan berada dalam air. Disebelah ventro caudal mata terdapat selaput yang lebar dan jelas, atau dapat pula tertutup kulit sehingga bentuknya tidak jelas. Diseebelah dorsal caudal selaput pendengar pada bufo terdapt kelenjar paratid yang bentuknya lebih kurang oval atau bulat panjang. Kelenjar ini erupakan kelenjar bias yang menghasilkan getah yang berwarnaputih. Pada ujung posterior terdapat lubang cloaca, lubang ini dapat polos tetapi dapat pula dilengkapi dengan jumbai-jumbai.tungkai pada amphibi tungkai depan lebih pendek, dapat dibedakan atas : branchium, antebranchium dan menus yang dilengkapi dengan 4 buah jari. Tungkai belakang lebih panjang (pada katak jauh lebih panjang), dibedakan atas femur,crus dan pes yang dilengkapi dengan lima buah jari. Diantara jari-jari pada umumnya terdapat selaput tipis yang ukuran lebarnya tergantung dari jenisnya. Ujung jari dapat tumpul atau dilengkapi bantalan yang lebar dan tebal. Pada ventral jari-jari kadang-kadang dilengkapi dengan tuberculum subarticulare. Ada tepi telapak kaki belakang sering dilengkapi dengan tuberculum metatarsal luar dan tuberculum metatarsal dalam. Kulit pada amphibi,kulitnya dapat kasar dan berbinti-bintil dan kering, dapat pula licin dan lembab. Tidak dijumpai adanya sisik, kadang-kadang kulit membentuk lipatanlipatan tertentu baik pada badan atau pun pada tungkai. Warna kulit dapat polos dapat warna-warni, antara sisi dorsal dan sisi ventral warnaya berbeda , sisi ventral lebih terang. Warna kulit disebabkan oleh pigmen tertentu, misalnya warna hitam,merah, kuning, da metalik. Warna-warna yang mungkkin terjadi mungkin kelabu,coklat kekuningan, hijau, atau kombinasi dari warna-warna tersebut. Pada kelompok-kelompok yang rendah warnanya lebih sederhana.
Gelang bahu dan gelnga panggul
Selain ciri-ciri eksternal, ciri-ciri anatomi terutama struktur gelang bahu dan gelang panggul mempunyai arti penting di dalam klasifikasi.
Gelang bahu
Struktur gelang bahu bagian ventral, terutama coracoids dan precoracoid dapat berbeda antara satu dengan yang lain. Tulang-tulang tersebuut dapat tersusun tumpang tindih antara pasangan masing-masing atau dapat pula beremu dan bersatu pada bagian medialnya.
Gelang panggul
Bentuk diaphosys sacralis dapat berbeda-beda ada yang silindris (misal rana ) ada pula yang lebar (bufo). Diantara kedua macamstruktur dan bentuk-bentuk itu terdapat bentuk variasi yang cukup banyak..
Pada kelas reptil, kadal dan ular termaksud ordo squamata, dengan ciri hampir seluruh permukaan tubuhnnya tertutup oleh sisik-sisik bahan tanduk.
A. Kadal (ordo Lacertilia )
Tubuh memanjang dan dapat dibedakan atas : kepala, leher badan, ekor dan dua pasang tungkai. Kepala kurang lebih bentuk piramid, moncong tumpul, kelopak mata bawah bersisik, lubang telinga bulat dengn kurang lebih ukuran setengah dari diameter mata.
Sisik-sisik pada kepala tersusun simetris dan diberi nama sesuai letaknya. Badanya terdapat sisik ventral berwarna coklat kekuningan. (pada leher kadang-kadang putih kebiruan) sisik lateral dan dorsal coklat kehitaman. kadang-kadang mengkilat. Sisik pada badan tersusun berderet-deret memanjang kurang teratur. Pada pertenghan badan, sisik-sisik tersebut tersusun 30-40 deret. Sisik-sisik pada dorsal berlunas 3-5 buah pada tiap sisik. Ekor panjangnya kurang 1,5 kali panjang kepala-badan. Susunan sisik pada ekor kurang mempunyai arti penting di dalam identifikasi. Tungkai depan dan belakang hampir sama panjang, masing-masing tungkai berjari-jari lima. Jari-jari panjang pada ujungnya terdapat cakar yang runcing. Pada sisi ventral jari-jari terhadap lamella subdigitalis halus.
B. Ular (ordo ophidia)
Sepintas terlihat bentuk tubuh luar sama, lansing panjang, tidak berkaki sebenarnya mempunyai ciri khas tersendiri. Ciri-ciri ini baru akan terlihat bila diperhatikan dengan teliti. Pola susunan, struktur dan sifat-sifat dari sisik-sisik/perisai berbeda antara daerah kepala, badan dan ekor. Perbedaan ini tidak hanya terbatas antara satu spesies dengan spesies yang lain. Sebelum mengetahui perbedaanya, perlu diketahui terlebih dahulu pola umum sisik-sisik/perisai pada ketiga bagian tubuh ular itu.
Perisai kepala
Perisai yang menutupi seluruh permukaan kepala dari dorsal, lateral dan ventral. Tiap-tiap perisai mempunyai nama-nama tersendiri sesuai dengan letaknya. Pada umumnya susunanya tidak saling menutup tetapi bersentuhan pada tepi-tepinya. Sebagian dari perisai itu berpasangan dan tersusun simetris. Sisik-sisik badan dibedakan atas sisik ventral dan sisik ekor.
Sisik dorsal
Deretan sisik-sisik yang menutup seluruh permukaan dorso sampai lateral. Sisik-sisik ini relatif kecil dengan permukaan halus atau berlunas. Pada umumnya sama besar, tetapi kadang-kadang deretan tengah (sisik vertebral) lebih lebar. Untuk mengetahui jumlah sisik dorsal tidak perlu dihitung seluruhnya tetapi cukup satu deretpada pertengahan tubuh. Dalam hal sisik vertebral jelas lebih lebar dari sisik-sisik yang lain, perhitungan itu dapat berubah sedikit dengan mengikuti huruf V dan nomer terbentuk sebagai sudutnya.
Sisik ventral
Merupakan seederetan sisik di sisi ventral badan. Umunya sisik ini lebar, jauh lebih lebar dari yang lain. Permukaanya halus atau berlunas, deng tepi posterior rata atau bertakik. Jumlahnya bervariasi. Pada sisik ekor yang perlu diperhatikan sisik-sisik pada sisi ventral meliputi sisik anal dan sisik subcaudal. Sisik anal satu atau sepasang, sisik yang menutup celah kloaka. Sisik subcaudal, deretan sisik-sisik disebelah posterior sisik anal, susunanya dapat satu deret dapat pula berpasangn atau campuran, dengan jumlah yang bervariasi. Selain bersisik, ular juga mempunyai pola warna-warna (polos, belang atau berjalur-jalur), maka perlu diperhatikan juga adanya pola warna itu. Pola warna ii disebabkan oleh adanya kromatofor dan juga oleh adanya pembiasan sinar menjadi warna yang bermacam-macam.
Mata
Pada umunya berkembang dengn baik, kecuali ular yang hidup dalam tanah. Lensa dapat difokuskan dengan lengkap pada objek yang jaraknya bervariasi, sehingga memungkinkan ular ini untuk memburu mangsanya dengn cepat. Mata tidak mempunyai kelopak tetapi tertutup oleh sisik yang transparan.
Alat pembau
Alat pembau pada ular sangat tajam sehingga ular dapat mengkuti mangsanya, dan dapat mengenali jenisnya sendiri. Lidah yang bercabang sangat membantu kerja alat pembau. Lidah yang dijulur-julurkan dapat menangakap partikel-partikel halus terutama pada ujungnya, kemudian partikel tersebut diletakan pada celah-celah kecil dibagian depan langit-langit. Pada celah-celah ini terdapat cabang nervus olfaktorius yang dapat mengenali partikel-partikel tersebut. Lidah juga merupaka alat peraba yang sangt halus meskipun tidak mempunyai cemma statoria. Ular tidak mempunya alat pendengaran pada hewan umumnya, sehigga tidak mampu menerima getaran-getaran dari luar melalui udara,tetapi dapat menerima getaran-getaran yang berasal dari tanah melalui lubang tengkorak.gerakan ular pada permukaan tanah dengan cara berkelok-kelok dimungkinkan karena tulang belakangnya sangat fleksibel. Sisik ventral yang cukup besar dan kadang-kadang berlunas, sanngt membantu pergerakan jenis-jenis ular pohon. Pada ular-ular yang hidup di air, pergerakan dibantu oleh ekor yang berbentuk seperti dayung. Selain cara klasifikasi tersebut diatas, adapula cara lain untuk mengklasifikasikan ular, yaitu berdasarkan struktur susunan giginya.
Modifikasi gigi pada ular
• Aglyphous tidak terdapat modifikasi untuk mengalirkan racun
• Solenoglyphous gigi yang dapat ditarik kembali, gigi taring
• Proteroglyphous gigi taring di depan mulut
• Opisthoglyphous gigi taring dibagian belakang mulut
Figure 11.8: Position, cross and longitudinal sections of aglyphous (1), opisthoglyphous (2), and solenoglyphous (3) fangs.
II. METODE KERJA
A. Waktu dan tempat praktikum
Praktikum dilaksanakan di laboratorium biologi FMIPA tepatnya dilboratorium biologi satu. Yang dilakukan pada tanggal 28 bulan November tahun 2013.
B. Bahan dan alat
Bahan yang digunakan yaitu species dari kelas pisces awetan (ikan hiu dan ikan pari), species dari kelas amphibi (katak) dan species awetan dari kelas reptil ( ular dan kadal). Peralatan yang digunakan adalah pinset, penggaris untuk mengukur, pensil, buku untuk mencatat dan menggambar.
C. Rancangan praktikum dan analisis data
Pada percobaan praktikum ini menggunakan bahan dari species awetan yang akan diidentifikasi morfologi eksternal dari kelas pisces, kelas amphibi, dan kelas reptil yaitu ular dan kadal. Bagian yang diamati seperti bentuk kepala, ukuran badan, warna kulit, sisik pada permukaan tubuh serta bentuk ekor dan bagian morfologi luar tubuh untuk dibuat kunci idenfikasinya.
D. Pelaksanaan kegiatan
Sumber bahan yang akan diamati dan diidenfikasi morfologi eksternalnya di dapat dari species awetan yang sudah disediakan di laboratorium biologi. Bahan yang akan diamati diletakan dalam nampan atau cawan kemudian diamati morfologi species tersebut mulai dari bentuk kepala, badan, ekor, mata, sisik serta morfologi eksternal lainya yang kemudian kita buat kunci identifikasi dari spesies yang kita amati morfologi eksternalnya kita buat kunci identifikasi dari ciri-ciri morfologi species tersebut sampai kita menemukan hasil akhir dari kunci dentifikasi tersebut dan diketahui nama dari spesies tersebut.
III. Hasil dan pembahasan
1. Kelas pisces
a. Ikan pari
Kunci identifikasi ikan pari
1.b discus lebar membulat atau angular (bersudut)....................................................................3
3.b pada badan tidak terdapat alat listrik besar ..........................................................................4
4.b tonjola tidak seperti tanduk yang terdapat di setiap sisi mocong .........................................5
5.b kepala tidak jelas menonjol dari sirip dada ...........................................................Dasyatidae
Kunci identifikasi spesies (dari famili : Dasyatidae)
1.a lebar diskus tidak separuh dari panjangnya ,ekor panjang lebih panjang dari ukuran panjang badanya........................................................................................................................................3
3.b paling tidak ada satu spina bergigi pada ekor........................................................................4
4.a terdapat lipatan kulit pada sisi ventral atau dan pada ekor ..................................................5
6.a terdapat lipatan kulit pada sisi ventral maupun sisi dorsal ekor ...........................................7
7.a ekor lebih panjang dari pada panjang discus ............................................................. D. Kuhli
Gambar 1.1 ikan pari
b. Ikan hiu
Gambar 1.2 ikan hiu
Kunci identifikasi ikan hiu
1.b sirip dorsal dua buah ..................................................................................................2
2.b dasar sirip dorsal pertamaberakiran pada posisi diatas atau anterior sirip ventral ...4
4.b kepala biasa, normal(tidak berbentuk huruf T) .....................................Galeorhiaidae.
2. kelas amphibi
a. katak Bufo
Gambar 2.1 katak bufo
Kunci determinasi amphibi bufo
1.b sisi ventral kaki keadaanya beragam, tapi tidak seperti diatas ...............................................2b
2.b jari ke-4 kaki belakang tidak berselaput lebar sampai ke ujung , lubang hidung menghadap ke samping .........................................................................................................................................3b
3.b ujung jari kaki depan tumpul, membulat atau membengkak tidak melebar menjadi diskus yang tumpul ..................................................................................................................................5b
5.b kelenjar paratoid jelas, tubuh kuat.................................................................................bupo 9a
9.a pematang tulang supraorbital atau pematang tulang parietal terdapat dikepala.................10a
10.a kepala dengan pematang tulang supraorbital, tanpa pematang parietal............................11a
11.a kelenjar paratoid memanjang, panjang lebih dari dua kali lebar ............. Bufo melanostictus
b. katak Ranidae
Gambar 2.2 katak ranidae
Ciri-ciri katak (Ranidae)
1. ada tungkai
2. Terdapat gigi maxilla
3. Jari-jari dengan tuberculum subarticularis
4. Tanpa tulang rawan
5. Tanpa gigi vomer
6. ujung lidah terbelah, gelah bahu furmisternal
7. Jari dengan ujung membesar, lekuk circum marginal memisahkan permukaan atas dan bawah
8. Tidak terdapat lipatan dorsolateral, sepasang saku dagu pada yang jantan, kaku panjang dan ramping, dorsum dengan hiasan bercak hitam (Huia masonii)
3, kelas reptil
a. Species kadal
Gambar 3.1 kadal
b. Spesies ular
Gambar 3.2 spesies ular
Kunci determinasi ular
1.A. Ekor bulat setidak-tidaknya sedikit pipih tegak, merupakan ular darat ,ular air tawar atau ular air pantai ............................................................................................................................2
2.B. Sisik-sisik ventral jelas pembagianya pada seluruh panjang badan, sisik subcaudal berpasangan atau tunggal.........................................................................................................6
6.B. Sisik-sisik tersusun dalam 13-29 deret.............................................................................10
10.B. Kepala bermacam-macam bentuk biasanya permukaan atas tertutup oleh perisai-perisai yang tersusun simetris, tiga perisai selalu tersusun oleh garis diantara kedua matanya .......11
11.A. Perisai anal tunggal.........................................................................................................12
12.B. Sisik-sisik itu tersusun dalam 17-27 deret .......................................................................24
24.B. Sisk-sisik itu tersusun dalam 19-27 deret .......................................................................27
27.B. Pupil bulat ......................................................................................................................29
29.A. Jumlah sisik subcaudal 85-126..................................................................................elaphe
Dari hasil pengamatan praktikum dapat kita bahas bahwa dalam melakukan identifikasi dan mendeskripsikan suatu spesies pada suatu kelas dapat melakukanya dengan cara menggunakan kunci determinasi dengan ciri-ciri yang dicantumkan dalam kunci determinasi, dimulai dengan nomor (1) kemudian dilanjutkan dengan nomor yang tercantum dibelakang karakter-karakter yang bersangkutan. Begitu selanjutnya sampai pada akhirnya akan didapatkan secara berurutan, ordo, famili, genus, dan spesies dari hewan tersebut.
Dari kunci determinasi diketahui pada kelas ikan pada gambar 1.1 yaitu ikan pari ordo rajiformes, famili Dasyatidae, spesiesnya Dasyatis kuhli. Pada gambar 1.2 yaitu ikan hiu diketahui dari kunci determinasi bahwa ordonya Lamniformes, familinya Galeorhinidae.
Pada kelas amphibi dapat diketahui dari kunci determinasi bahwa pada gambar 2.1 yaitu katak hewan amphibi yang memiliki ciri-ciri jari ke-4 kaki belakang tidak berseaput lebar sampai ke ujung, lubang hidung menghadap ke samping. Kelenjar paratoid jelas, tubuh kuat, pematang tulang supraorbital atau pematang parietal terdapat dikepala. Kepala dengan pematang tulang supraorbital tanpa pematang parietal. Kelenjar paratoid memanjang, panjangnya lebih dari dua kali lebar. Yaitu dari spesies katak Bufo melanostictus.
Sedangkan pada gambar katak ranidae 2.2 dari kunci determinasi memiliki ciri-ciri seperti :
Ciri-ciri katak Ranidae
ada tungkai, Terdapat gigi maxilla, Jari-jari dengan tuberculum subarticularis, Tanpa tulang rawan, Tanpa gigi vomer, ujung lidah terbelah, gelah bahu furmisternal, Jari dengan ujung membesar, lekuk circum marginal memisahkan permukaan atas dan bawah , Tidak terdapat lipatan dorsolateral, sepasang saku dagu pada yang jantan, kaku panjang dan ramping, dorsum dengan hiasan bercak hitam yaitu (Huia masonii)
pada kelas reptil yaitu kadal dan ular yang termaksud dalam ordo squamata, dengan ciri-ciri hampir seluruh permukaan tubuhnya tertutup oleh sisik-sisik bahan tanduk.kadal ordo Lacertlia tubuhnya memanjang dapat dibedakan atas bagian kepala, leher dan badan. Pada ular ordonya Ophida. Sepintas semua ular bentuk tubuhnya sama, panjang lansing, tidak memiliki kaki sebenarnya, yang memiliki ciri-ciri tersendiri. Ular dapat dibedakan dari ciri-cirinya jika diperhatikan dengan teliti. Seperti pola susunanya, struktur dan sifatdari sisik/perisai pada kepala ular yang berbeda antara satu sama lainya. Dari kunci determinasi pada ular dari praktikum ini diketahui bahwa ular pada gambar 3.2 spesies ular kelas reptil dengan ciri-ciri :
Ekor bulat setidak-tidaknya sedikit pipih tegak, merupakan ular darat ,ular air tawar atau ular air pantai , Sisik-sisik ventral jelas pembagianya pada seluruh panjang badan, sisik subcaudal berpasangan atau tunggal, Sisik-sisik tersusun dalam 13-29 deret, Kepala bermacam-macam bentuk biasanya permukaan atas tertutup oleh perisai-perisai yang tersusun simetris, tiga perisai selalu tersusun oleh garis diantara kedua matanya, Perisai anal tunggal, Sisik-sisik itu tersusun dalam 17-27 deret, Sisk-sisik itu tersusun dalam 19-27 deret, Pupil bulat, Jumlah sisik subcaudal 85-126. Dari kunci determinasi tersebut termasuk dalam spesies Elaphe
IV. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dan pembahasan dapat kita simpulkan bahwa setiap kelas dari suatu spesies memiliki ciri-ciri yang khas meskipun sekilas terlihat sama tapi pasti ada suatu perbedaan yang mendasar meskipun banyak kesamaan pada suatu kelas tersebut sehingga spesies itu memiliki nama sendiri dari kelas tersebut. Untuk melakukan identifikasi dari setiap kelas hewan kita dapat menggunakan kunci determinasi dengn ciri-ciri yang dicantumkan dalam kunci determinasi sehingga kita dapat mengetahui spesies apakah itu dari kelas tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Campbel, N.A., J. R Reece and L. G. Mitchell.2003.biologi. Edisi Ke Lima. Jilid 1, 2 dan 3. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Rosadi, Bayu dan Hurip Pratomo. 2010. Praktikum Taksonomi Vertebrata. Universitas Terbuka.
Kurniati, H. 2003. Amphibian and reptiles of Gunung Halimun Nasional Park. West Java. Indonesia. LIPI-NEF. Bogor
MacKinnon, J. 1998.Fields Guide to the Birds of Java and Bali. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Suwignyo, S., B. Widigdo, Y. Wardiatno dan M. Krisanti. 2005. Avertebrata Air. Jilid 1 dan 2. Peenerbar Swadaya. Jakarta.
Benton, Michael J. (2004). Vertebrate Paleontology (3rd ed.). Oxford: Blackwell Science Ltd.
No comments:
Post a Comment