Search This Blog

Monday, August 19, 2019

LAPORAN PRATIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ” PENETAPAN POTENSIAL AIR JARINGAN ”

CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Peristiwa osmosis dan difusi sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari. Pada tumbuhan pun tak terlepas dari peristiwa difusi dan osmosis. Hal tersebut terutama terjadi pada saat pengangkutan zat hara dan air dari akar ke daun maupun pada saat pengangkutan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan yang memerlukan. Adapun peristiwa tersebut dapat terjadi ditentukan oleh adanya perbedaan potensial air. Untuk itulah pada praktikum kali ini akan dilakukan penghitungan tekanan osmosis cairan sel tersebut serta mengkur nilai potensial jaringan umbi kentang. Bagian-bagian penyusun zat yang ukurannya sangat kecil disebut partikel. Partikel tersebut menyebar merata ke segala arah. Zat-zat bergerak dari tempat yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi ke tempat yang konsentrasinya lebih rendah. Proses perpindahan zat seperti tersebut disebut difusi. Konsentrasi suatu zat adalah ukuran yang menunjukkan jumlah suatu zat dalam volume tertentu. Difusi partikel zat itu akan berhenti jika konsentrasi zat di kedua tempat tersebut sudah sama. Proses osmosis juga terjadi pada sel hidup di alam. Perubahan bentuk sel terjadi  jika terdapat pada larutan yang berbeda. Sel yang terletak pada larutan isotonik, maka volumenya akan konstan. Dalam hal ini, sel akan mendapat dan kehilangan air yang sama.
            Banyak hewan-hewan laut, seperti bintang laut (Echinodermata) dan kepiting (Arthropoda) cairan selnya bersifat isotonik dengan lingkungannya. Jika sel terdapat pada larutan yang hipotonik, maka sel tersebut akan mendapatkan banyak air, sehingga bisa menyebabkan lisis (pada sel hewan), atau turgiditas tinggi (pada sel tumbuhan). Sebaliknya, jika sel berada pada larutan hipertonik, maka sel banyak kehilangan molekul air, sehingga sel menjadi kecil dan dapat menyebabkan kematian. Pada hewan, untuk bisa  bertahan dalam lingkungan yang hipo- atau hipertonik, maka diperlukan pengaturan keseimbangan air, yaitu dalam proses osmoregulasi.
pada praktikum ini kita akan melakukan pengamatan terhadap potensial kimia air untuk mengetahui pergerakan kimia air dalam tumbuhan yang mengalami kelebihan ataupun kekurangan cairan. Kita akan mengamati pergerakan air yang terjadi pada kentang dan larutan sukrosa. Caranya yaitu dengan merendam potongan jaringan dalam suatu seri larutan yang diketahui konsentrasinya. Dari sini kita akan mengetahui apakah kentang yang memiliki Potensial air tinggi ataupun larutan suksrosa. Namun dalam  percobaan ini kita juga harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan  penyimpangan hasil dari teori yang ada sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut, maka  praktikum Fisiologi Tumbuhan ini dilaksanakan
1.2 Tujuan
Mengukur nilai potensial air jaringan umbi kentang.





BAB II
DASAR TEORI

Pada hakikatnya tekanan osmose merupakan suatu proses tekanan yang menyebabkan difusi. Osmose juga merupakan difusi dari tiap pelarut melalui suatu selaput yang permeabel secara diferensial. Membran sel yang meloloskan molekul tertentu, tetapi menghalangi molekul lain dikatakan permeabel secara diferensial. Seperti dikatakan diatas, pelarut universal adalah air.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melalui selaput yang permeabel secara differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ketempat berkonsentrasi rendah. Pertukaran air antara sel dan lingkungan adalah suatu faktor yang sangat penting sehingga memerlukan suatu penamaan khusus yaitu osmosis (Salisbury & Ross, 1995).
Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air, yang menggambarkan kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi. Sejumlah besar volume air akan memiliki kelebihan energi bebas daripada volume yang sedikit, dibawah kondisi yang sama. Energi bebas suatu zat per unit jumlah, terutama per berat gram molekul (energi bebas mol-1) disebut potensial kimia. Potensial kimia zat terlarut kurang lebih sebanding dengan konsentrasi zat terlarutnya. Zat terlarut yang berdifusi cenderung untuk bergerak dari daerah yang berpotensi kimia lebih tinggi menuju daerah yang potensial kimianya lebih kecil (Sasmitamihardja, 1996).
Huruf yunani psi (Ψ), digunakan untuk menyatakan potensial air dari suatu sistem, apakah system itu berupa sampel tanah tempat tumbuhan, atau berupa suatu larutan. Potensial air dinyatakan dalam bar. Pada umumnya nilai potensial air dalam tumbuhan mempunyai nilai yang lebih kecil dari 0 bar, sehingga mempunyai nilai yang negative. Nilai potensial air di dalam sel dan nilainya di sekitar sel akan mempengaruhi difusi air dari dan ke dalam sel tumbuhan. Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial airnya, yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan (Basahona, 2010).
Proses osmosis sangat berperan dalam proses pengangkutan tumbuhan. Memungkinkan terjadinya penyerapan air dan ion-ion dari dalam tanah yang nanti akan diedarkan keseluruh bagian tumbuhan.Terjadinya pengangkutan itu akan menyababkan tekanan turgor sel,sehingga mampu membesar dan mempunyai bentuk tertentu. Osmosis juga memungkinkan terjadinya membuka dan menutupnya stomata.
Potensial air suatu sistem menunjukkan kemampuannya untuk melakukan kerja dibandingkan dengan kemampuan sejumlah murni yang setara, pada tekanan atmosfer dan pada suhu yang sama. Potensial osmotik larutan bernilai negatif, karena air pelarut dalam larutan itu melakukan kerja kurang dari air murni. Kalau tekanan pada larutan meningkat, kemampuan larutan untuk melakukan kerja (jadi, potensial-air larutan) juga meningkat (Salisbury & Ross, 1995).
Potensial air adalah suatu pernyataan dari status energi bebas air, suatu ukuran datat yang menyebabkan air bergerak ke dalam suatu sistem, seperti jaringan tumbuhan, tanah atau atmosfir, atau dari suatu bagian ke bagian lain dalam suatu sistem. Potensial air mungkin merupakan parameter yang paling bermanfaat untuk diukur dalam hubungannya dengan sistem tanah, tanaman dan atmosfir.
Komponen-komponen potensial air atau jaringan adalah sebagai berikut :
Ψw = Ψs + Ψp + Ψm
(PA = PO + PT + PM)
Dimana            Ψw = potensial air suatu tumbuhan
                        Ψs = potensial osmotik
                        Ψp = potensial tekanan  atau turgor
Ψm = potensial matriks (Ismail, 2011).
Potensial air merupakan alat diagnosis yang memungkinkan penentuan secara tepat keadaan status air dalam sel atau jaringan tumbuhan. Semakin rendah potensial dari suatu sel atau jaringan tumbuhan, maka semakin besar kemampuan tanaman untuk menyerap air dari dalam tanah. Sebaliknya, semakin tinggi potensial air, semakin besar kemampuan jaringan untuk memberikan air kepada sel yang mempunyai kandungan air lebih rendah (Basahona, 2010).
Tekanan osmosis cairan dapat ditentukan dengan cara mencari suatu larutan yang mempunyai tekanan osmosis sama dengan cairan tersebut. Dalam cara ini kita dapat mengambil patokan pada terjadinya peristiwa plasmolisis sel. Dalam keadaan insipien plasmolisis tekanan osmosis cairan sel adalah sama dengan tekanan osmosis larutan dalam massa jaringan sel tersebut direndam. Plasmolisis dapat dilihat dibawah mikroskop sebagai suatu percobaan (Lakitan, 2004).
Plasmolisis merupakan suatu proses terlepasnnya membran plasma dari dinding sel. Hal tersebut dapat terjadi bila sel tumbuhan dimasukkan kedalam cairan hipertonik (larutan yang konsentrasinya lebih tinggi daripada konsentrasi isi sel) maka terjadilah eksosmosis yaitu,keluarnya air dari isi sel keluar membran. Karena volume isi berkurang dan dinding plasma bersifat permeabel, maka antar membran plasma dan dinding sel terisi oleh larutan dari luar (Morigan, 2008).


BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan
Umbi kentang ( solanum tuberosum )
Larutan sukrosa
Bor sumbat (cork borer )diameter 1 cm ,silet ,timbangan analitik ,12 gelas piala 150 ml atau 250 ml.

3.2.  Metode kerja
1.  Siapkan 12 gelas piala 150 ml, masing – masing di isi dengan 100 ml dari larutan berikut :
     air destilasi 0.05, 0.10, 0.15, 0.2, 0.25, 0.3, 0.35, 0.4, 0.45, 0.5, 0.6 M larutan sukrosa.
2. Umbi kentang di potong dan dibuat 12 bentuk balok, dengan ukuran 1x1x4 cm. Dan
    sebaiknya ke 12  potongan tadi di ambil dari satu umbi yang sama.
3. Satu per-satu dari ke 12 potongan tadi di iris tipis dengan menggunakan pisau sile dengan  
    ketebalan ± 1-2 mm.
4. Irisan kentang di bilas dengan air destilata, dan di keringkan dengan kertas tissue, lalu
    di timbang untuk mengetahui berat awalnya. Selanjutnya masukan ke dalam salah satu
    larutan sukrosa yang telah di siapkan
5. Setelah 2 jam di rendam , keluarkan irisan – irisan tersebut , di keringkan dengan kertas
    handuk kemudian timbang.
6. Hitung perubahan dengen rumus
      
    % perubahan  =     berat akhir – berat awal       ×   100%
                                                Berat awal


7. Hitung  potensial osmotic masing –masing larutan sukrosa dengan rumus

Ѱs = M.i.R.T
 Dimana           :
 Ѱs = potensial osmotik;
M = molaritas dari larutan sukrosa;
 i = konstanta   ionisasi (sukrosa=1);
R=konstanta gas (0,0831 bar/derajat mol)
T=suhu absolut, suhu ruangan=27o C shg T=300K   





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data pengamatan
           
Larutan
Awal (g)
Akhir (g)
Perubahan( % )
Aquades



Sukrosa (M)



0,05
1,7
3,79
122
0,10
1,5
3,54
136
0,15
1,59
3,95
148
0,20
1,55
3,83
147
0,25
1,61
3,63
125
0,30
1,39
2,16
55
0,35
1,58
3,63
129
0,40
1,45
2,63
81
0,45
1,12
3,0
167
0,50
1,74
2,99
71
0,60
1,42
2,68
88

Menghitung beberapa per mol larutan  potensial osmotic ( ψs1)
    Diketahui    :
            I = 1, R= 0.0831 bar/derajat bebas mol dan T = 30 + 273 = 303 K
1.      Konsentrasi 0.1 M
-ψs1        =       MiRT
            =       (0.1 M) (1) (0.0831 bar/derajat bebas mol) (303 K)
            =       2.51 bar
2.      Konsentrasi 0.2 M
                  -ψs1        =       MiRT
                              =       (0.2 M) (1) (0.0831 bar/derajat bebas mol) (303 K)
                              =       5.03 bar
3.      Konsentrasi 0.3 M
-ψs1        =       MiRT
            =       (0.3 M) (1) (0.0831 bar/derajat bebas mol) (303 K)
            =       7.55 bar
4.      Konsentrasi 0.4 M
-ψs1        =       MiRT
            =       (0.4 M) (1) (0.0831 bar/derajat bebas mol) (303 K)
            =       10.07 bar
5.      Konsentrasi 0.5 M
-ψs1        =       MiRT
            =       (0.5 M) (1) (0.0831 bar/derajat bebas mol) (303 K)
            =       12.58 bar
6.      Konsentrasi 0.6 M
-ψs1        =       MiRT
            =       (0.6 M) (1) (0.0831 bar/derajat bebas mol) (303 K)
            =       15.10 bar













4.2. Pembahasan
            Dari hasil praktikum yang dilakukan dengan menggunakan umbi kentang dengan melakukan proses perendaman ke dalam sukrosa dengan konsentrasi  0.05, 0.10, 0.15, 0.2, 0.25, 0.3, 0.35, 0.4, 0.45, 0.5, 0.6 M larutan sukrosa.
Fungsi larutan sukrosa yang berbeda konsentrasinya pada percobaan ini yaitu untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap potensial jaringan tumbuhan yang merupakan penyebab terjadinya osmosis. Dan fungsi kita menggunakan larutan sukrosa bukan larutan yang lain pada percobaan ini karena sukrosa merupakan larutan non elektrolit yang memiliki bobot molekul besar, sehingga akan sulit untuk diabsorbsi oleh membran sel.
Berdasarkan pengamatan pada praktikum ini, terlihat bahwa pada umumnya terjadi peningkatan dari bobot kentang yang di rendam dalam larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi dan air destilata. Peningkatan bobot ini disebabkan oleh masuknya air di dalam larutan sukrosa ke dalam sel kentang dengan cara osmosis. Proses  osmosis akan berhenti ketika telah terjadi kesetimbangan antara potensial air sel tumbuhan dengan potensial air larutan. pada percobaan ini tidak di dapati nilai penambahan berat yang ber nilai negatif melainkan terjadi peninggkatan berat pada kentang yang telah di rendam . meski demikian pada tabel terdapat larutan sukrosa  dengan konsentrasi 0,30 (M) memiliki perbedaan angka paling kecil sehingga menunjukan bahwa ,pada kondisi potensial air kentang hampir mencapai posisi kesetimbangan         
Perendaman kentang dengan larutan sukrosa tidak selalu meningkatkan bobotnya. Terkadang justru bobot kentang yang telah mengalami perendaman menjadi lebih kecil daripada bobot kentang semula. Hal ini diakibatkan oleh keluarnya air dari sel kentang secara osmosis pula. Keluarnya air ini disebabkan oleh larutan sukrosa tersebut memiliki potensial air yang lebih negatif daripada potensial air sel, sehingga air akan berpindah dari dalam sel ke larutan sukrosa. Air meninggalkan sel, dan volume sel mengecil. Potensial air sel akan terus menurun sehingga mencapai kesetimbangan dengan potensial air larutan sukrosa.










BAB V
KESIMPULAN


Potensial air tumbuhan dipengaruhi oleh potensial osmotik, tekanan hidrostatik larutan, serta gravitasi. Penambahan bobot kentang setelah perendaman mengindikasikan bahwa air bergerak masuk ke dalam sel kentang, begitu pula sebaliknya. Pengurangan bobot kentang setelah perendaman menunjukkan bahwa air keluar dari sel. Pergerakan air ini dipicu oleh perbedaan potensial air, berupa perpindahan air dari konsentrasi atau potensial yang lebih tinggi ke potensial yang lebih rendah. Transpor air netto ini akan berhenti ketika kesetimbangan potensial air antara sel dengan larutan tercapai, yaitu berupa larutan isotonis.
















Daftar Pustaka
Deragon.2005. Water Potential. http://www.deragon.com. Diakses pada 08 Januari 2013

Salisbury, F.b dan Ross, C.W.1995. Fisiologi Tumbuhan  jilid 1 edisi IV alih bahasa Luqman, RR dan Sumaryono. Penerbit ITB. Bandung.

Filter, W.G. 1989. Fisiologi Lingkungan Tumbuhan. Gadjah mada University press. Yogyakarta.


No comments:

Post a Comment