c)
Saluran Pencernaan Depan
Pencernaan
depan berasal dari jaringan ektodermal maka saluran pencernaan bagian depan
dilapisi kutikula yang disebut intima, yang dilepaskan setiap pergantian
kulit. Saluran pencernaan depan lebih berfungsi sebagai penyimpan makanan dan
sedikit melakukan pencernaan. Pencernaan pada tempat ini disebabkan masih
adanya enzim-enzim yang terbawa dari mulut.
Saluran pencernaan
depan tersusun dari otot-otot yang memanjang (longitudinal), otot-otot
melingkar (circular), sel-sel ephitelium yang pipih, sel-sel yang bersifat impermeable.
Akibat pergerakan otot-otot melingkar dan longitudinal menyebabkan makanan
dapat bergerak ke saluran tengah. Saluran pencernaan depan terdiri dari
beberapa bagian dan fungsi sebagai berikut :
·
Rongga mulut sebagai masuknya makanan
·
Faring (kerongkongan) merupakan bagian pertama
sesudah rongga mulut yang berfungsi sebagai penerus makanan ke oesophagus.
Otot-otot yang menempel pada faring berkembang dengan baik, hal ini sesuai
dengan perannya yang mendorong makanan dari mulut ke oesophagus . Pada serangga
dengan tipe menusuk dan mengisap pada faring terdapat pompa faringeal yang
dipakai untuk mengambil cairan.
·
Oesophagus adalah bagian usus depan yang tidak
berdiferensiasi yang berfungsi mendorong makanan dari faring ke tembolok.
·
Tembolok merupakan pembesaran usus bagian depan
yang berfungsi sebagai penyimpan makanan. Seringkali bila tembolok kosong akan
melipat secara longitudinal dan tranversal tetapi pada Periplanata
(Dictyoptera) tembolok hanya mengalami perubahan kecil pada volumenya
karena apabila tembolok tidak berisi makanan, tembolok tersebut diisi oleh
udara. Pada umumnya sekresi dan penyerapan tidak terjadi di dalam tembolok,
tetapi kadang kala terjadi secara enzimatik. Enzim didapat dari makanaan yang
tercampur air liur yang bergerak ke belakang menuju tembolok serta enzim dari mesenteron
yang dimuntahkan dari usus tengah. Walaupun proventrikulus bertindak sebagai
klep yang membatasi gerakan-gerakan makanan ke belakang tetapi tidak
menghalangi muntahan cairan.
·
Proventrikulus, bagian ini mengalami
modifikasi yang beraneka ragam pada berbagai serangga. Pada serangga pemakan
bahan padat, proventrikulus berfungsi sebagai pemecah makanan, sedangkan pada
serangga pemakan cairan proventrikulus termodifikasi menjadi katup. Pada lipas
dan jangkrik, intima di daalm proventrikulus berkembang menjadi enam keping
otot yang keras atau geligi yang berfungsi untuk memecah makanan.
Proventrikulus secara keseluruhan mengontrol jalannya makanan dari stomadeum ke
mesenteron.
d)
Saluran Pencernaan
Tengah
Saluran
pencernaan bagian tengah berfungsi sebagai pencerna dan penyerap makanan.
Saluran ini berasal dari mesodermal sehingga saluran ini tidak memiliki
kutikula dan sebagai gantinya adalah lapisan peritropik yang halus. Otot-otot
pada saluran ini berkembang. Menurut chapman (1982) saluran pencernaan ini disususn
oleh otot longitudinal, otot melingkar, sel-sel epityelium yang berbentuk
kolumnar, sel-sel regeneratif (penghasil enzim) dan membran peritropik.
Pergerakan
makanan ke saluran belakang pada saluran ini lebih disebabkan oleh membran
peritropik. Membran peritropik adalah suatu lapisan yang meliputi lumen untuk
melindungi sel-sel kolumnar yang berada di bawahnya dari makanan dan mikroba.
Membran peritropik terdiri atas khitin dan protein. Ada dua pendapat mengenai
terjadinya membran tersebut, pendapat pertama mengatakan bahwa lapisan
dihasilkan oleh bagian depan saluran pencernaan tengah, sedangkan pendapat
kedua mengatakan bahwa lapisan dihasilkan oleh sel-sel kolumnar sendiri.
Lumen
memiliki mikropili yang merupakan tonjolan-tonjolan pada sel yang dapat
membentuk started border. Mikropili ini juga berfungsi memperbesar luas
permukaan penyerapan. Pada sel-sel ini terdapat banyak mitokondria sebagai
penghasil energi (ATP) untuk pergerakan makanan. Pada sel ini juga terdapat
banyak retikulum endoplasma sebagai tempat sintesis protein untuk menghasilkan
enzim-enzim pencernaan.
Pada sel
epitelium yang kolumnar ditemukan sel Goblet. Pada selaput dasar memiliki
banayak lekukan-lekukan dan disana banyak terdapat mitokondria yang
panjang-panjang sehingga hal tersebut menjadi pembeda dengan sel-sel lain.
Saluran pencernaan tengah terdiri dari grastrik kaekum dan ventrikulus, tempat
terjadinya pencernaan secara enzimatis dan absorbsi nutrisi.
e)
Saluran Pencernaan Belakang
Saluran
pencernaan belakang berfungsi sebagai tempat pengeluaran sisa-sisa makanan yang
tidak terserap dan memaksimalisasi penyerapan sisa makanan yang tidak terserap
pada saat di mesenteron. Saluran pencernaan belakang ini berasal dari
jaringan ektodermal sehingga saluran ini memiliki kutikula yang disebut intima.
Pada saluran inilah sifat hemoestasis serangga terdapat. Saluran pencernaan
belakang menurut Snogras (1935) tersusun dari otot melingkar, otot longitudinal,
sel-sel epitel tipis yang berbentuk kubus, intima yang bersifat permiabel.
Otot-otot
pada saluran ini lebih berkembang sehingga dapat menyebabkan sisa makanan dapat
bergerak ke belakang dan keluar melalui anus. Saluran pencernaan belakang ini
terdiri dari :
·
Pilorus, bagian depan dari saluran ini tempat
berpangkalnya tabung malphigi
·
Illeum, berfungsi sebagai penyerapan air dari
hemolimfa atau juga penyerapan amonia pada serangga “blowfly”. Pada rayap di
illeum ini terdapat kantung-kantung tempat organisme lain bersimbiosis
(Chapman, 1982)
·
Rektum, berfungsi sebagai reabsorbsi air, asam
amino dan pada serangga tertentu memiliki insang trakea. Pada rektum ini
terjadi diferensiasi sel-sel, ada yang memanjang dan ada yang membentuk
bantalan
·
Anus, bagian ujung saluran sebagai tempat
keluarnya feces.
Gambar: Saluran pencernaan serangga
Terdapat
beberapa jenis kelenjer yang dapat beradsosiasi dengan sistem pencernaan
diantaranya adalah kelenjer mandibel, kelenjar maksila, kelenjar faring dan
kelenjar labium.
a)
Pencernaan Dan
Penyerapan
Pencernaan adalah pemecahan molekul-molekul besar dan komplek (makro
molekul) menjadi molekul-molekul kecil dan sederhana (mikro molekul) yang dapat
melewati seluruh jaringan tubuh. Enzim-enzim yang berikatan dengan pencernaan
ada di dalam air liur dan dalam sekresi usus bagian tengah. Kecuali itu pencernaan
dipermudah oleh mikroorganisme. Terdapat dua jenis pencernaan yaitu :
1.
Pencernaan Di Luar
Saluran Usus (Ekstrainstestinal Digestion)
Jenis
pencernaan dimana makanan sebelum masuk ke dalam perut terlebih dahulu telah
mendapat perlakuan pencernaan sebelumnya. Karena air liur mengandung enzim,
seringkali pencernaan dimulai sebelum makanan ditelan. Hal ini terjadi pada
serangga-seranggga pengisap cairan. Enzim disemprotkan pada makanan sehingga
larut sebelum ditelan.
2.
Pencernaan Di Bagian
Dalam Usus (Intrainstestinal Digestion)
Jenis
pencernaan ini kebanyakan dilakukan oleh mahluk hidup dimana pencernaan terjadi
didalam perut setelah makanan dimakan. Saluran pencernaan berperan terutama
untuk pencernaan dan penyerapan makanan. Pada umumnya pencernaan terjadi
sebagian besar di dalam usus bagian tengah, dimana enzim-enzim pencernan bayak
diproduksi. Enzim-enzim ini berfungsi memecahkan subtansi yang komplek di dalam
makanan menjadi subtansi yang lebih sederhana sehingga dapat diserap dan
kemudian diasimilasi oleh serangga.
Kebanyakan
karbohidrat diperoleh menjadi monosakarida. Kebanyakan serangga tidak memiliki
enzim yang dapat memecahkan selulosa yang biasanya terdapat didalam makanan
serangga. Dalam proses pencernaan dan penyerapan makanan ini, untuk melaksanakan
tugas enzim secara optimal dipengaruhi oleh kisaran pH dan Suhu.
·
pH
pH
pencernaan bagian depan sangat dipengaruhi oleh makanan dan berbeda-beda
menurut zat hara karena tidak ada buffer yang cocok untuk isi pencernaan bagian
depan. Lipas yang makan zat hara protein mempunyai pH 6,3, dengan maltose 5,8
dan makan glukosa 4,5-4,8. pH yang lebih asam dengan memakan gula yang kemudian
dirubah oleh mikroorganisme menjadi asam organik.
Pencernaan
bagian tengah mempunyai buffer sehingga tercapai pH yang relatif tetap. Pada
Aphis memiliki dua macam sistem buffer, yang pertama adalah asam-asam organik
komplek dan garam-garam yang memiliki pengaruh maksimum pada pH 4,2 dan sistem
yang kedua adalah serangkaian monohidrogen dan dihidrogen fospat yang mempunyai
pengaruh maksimum pada pH 6,8.
Di dalam pencernaan bagian tengah pH tersebut biasanya
berkisar antara 6,0-8,0 tetapi pada larva Lepidoptera, kisaran umumnya
8,0-10,0. pH basa lebih umum pada serangga fitopagus daripada serangga
karnivora (Chapman, 1982). Sedangkan menurut Lai dan Tamishiro dalam Raffiudin
(1991) untuk rayap pH pencernaan bagian tengah sampai belakang 6,0-7,5.
·
Suhu
Aktivitas Enzim akan meningkat dengan naiknya suhu,
tetapi hal ini terjadi untuk periode yang singkat karena pada suhu tinggi enzim
mengalami denaturasi dan suhu tinggi dalam waktu yang lama akan mengakibatkan
enzim rusak.
b)
Penyerapan
Kebanyakan pencernaan
terjadi di dalam usus tengah tempat dimana enzim disekresikan, tetapi karena
cairan-cairan usus bagian tengah dimuntahkan kembali, sejumlah pencernaan dapat
terjadi juga di tembolok. Enzim yang berkaitan dengan pencernaan terdapat dalam
air liur dan sekresi usus bagian tengah. Enzim yang terdapat di bagian usus
tengah disesuaikan dengan makanan. Bila suatu serangga utamanya memakn protein
maka protease menjadi penting, sedangkan serangga yang makan madu tidak
terdapat protease. Serangga yang memakan bagian floem yang tidak mengandung
polisakarida atau protein tidak terdapat amilase dan protease, tetapi
invertase.
Produk
pencernaan diserap di dalam usus tengah dan sedikit pada usus bagian belakang.
Terdapat sejumlah penyerapan kembali dari air seni pada usus bagian belakang ini.
Sel-sel yang berhubungan dengan penyerapan mirip dengan sel-sel yang
menghasilkan enzim. Tidak terjadi fagositas terhadap partikel makanan, semua
subtansi diserap dalam bentuk cairan.
Proses
penyerapan dapat terjadi akibat proses yang aktif dan pasif terutama tergantung
pada konsentrasi relatif subtansi di dalam dan di luar usus, difusi terjadi
dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang rendah. Pergerakan air yang
pasif yang mencakup pergerakan dari larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang
rendah ke tekanan osmisis yang tinggi. Pergerakan aktif tergantung dari
beberapa proses metabolik untuk pergerakan subtansi terhadap konsentrasi.
c)
Efisiensi Penggunaan Makanan
Efisiensi serangga mengkonsumsi
makanannya sangat bervariasi tetapi kebanyakan serangga fitofaghus mencerna dan
meyerap hanya relatif kecil dari makan yang dimakan dan sebagian besar makanan
dikeluarkan tanpa perubahan sebagai faeses.
Penggunaan makanan beraneka ragam
dari suatu serangga ke serangga lainnya. Pada serangga penghisap cairan sedikit
atau tidak ada sisa zat padat. Penggunaan makanan sangat tinggi pada
serangga-serangga seperti ini. Sebaliknya pada aphid penggunaan makanan
biasanya jelek. Cairan tumbuhan diambil dari tumbuhan dan mengalir terus,
kebanyakan keluar dari duburnya sebagai tetes embun madu. Kira-kira 50-60 %
nitrogen yang dimakan diambil dari tumbuhan.
III. SISTEM
PEREDARAN DARAH
Sistem
sirkulatori pada serangga terdiri dari jantung yang hanya merupakan pembuluh dorsal
dengan pergerakan peristaltik untuk memompa darah atau haemolymph. Haemolymph
pada nympha dan imago mempunyai proporsi kurang dari 20% berat tubuh sedangkan
pada larvae berbadan lunak, proporsi haemolymp lebih besar yaitu 20 – 24% berat
tubuh dan berfungsi juga sebagai skeleton hidrostatik. Haemolymph yang terdiri
dari larutan berair, ion-ion anorganik, lipid, gula (trehalose), asam amino,
protein, asam organic dan sel-sel darah berfungsi untuk pertukaran zat antar
jaringan, mengangkut hormon dan nutrien dari usus ke jaringan dan barang buangan
dari jaringan ke organ ekskretori. Perubahan pada tekanan haemolymph akan
diteruskan ke tracheae dan menyebabkan ventilasi dan pada saat moulting,
tekanan haemolymph menyebabkan pecahnya kutikula lama dan mengembangnya
kutikula baru. Oleh karena komponen utamanya adalah air maka haemolymph
berfungsi juga sebagai tempat cadangan air dan denga kapasitas panas yang
tinggi dan dengan sirkulasi, haemolymph berfungsi untuk pengaturan suhu tubuh (thermoregulation).
Kandungan
yang tinggi asam-asam amino dan phosphat organik adalah ciri khas haemolymph
serangga yang mungking berhubungan dengan perlindungan terhadap suhu dingin. Semua
sel darah (haemocytes) serangga berinti dan berfungsi untuk phagocytosis yaitu
menelan partikel dan metabolit, parasit, material asing, dan pembekuan darah
serta penyimpanan dan distribusi nutrien.
Gambar: organ peredaran darah pada serangga
IV. SISTEM GERAK SERANGGA
a)
Otot dan pergerakan
Keberhasilan
serangga dalam survivalnya terutama berkaitan dengan kemampuannya untuk
mengindera, menafsirkan dan bergerak dalam lingkungannya. Sekitar tujuh puluh
persen dari spesies di dalam biosfer adalah serangga yang tersebar di berbagai lingkungan.
Kemampuan terbang serangga yang diperkirakan berkembang sejak paling sedikit
300 juta tahun yang lalu merupakan inovasi dalam kemampuan pergerakan. Selain
pergerakan terestrial dan akuatik yang berkembang dengan baik. Kekuatan untuk
pergerakan berasal dari otot, yang
bekerja dengan bertumpu pada sistem skeleton baik berupa eksoskeleton yang
kokoh maupun skeleton hidrostatik.
1.
Otot
Tidak
seperti vertebrata dan invertebrata non-serangga yang mempunyai baik otot lurik
(striated) maupun otot polos (smooth), serangga hanya mempunyai
otot lurik yang masing-masing serabutnya terdiri dari dari beberapa sel dengan:
- suatu
plasma membran bersama
-
sarcolemma: lapisan luar. Sarcolemma mempunyai lekukan ke dalam
(invaginasi),
di mana tracheole yang mencatu oksigen berhubungan dengan serabut otot.
- contractile myofibrils: tersusun sepanjang serabut otot dalam
lembaran yang terdiri dari silinder-silinder.
2.
Perlekaan otot
Pada
vertebrata, otot-otot bertumpu pada skeleton internal, tetapi sebaliknya pada serangga
otot-otot melekat dan bertumpu pada permukaan dalam dari skeleton luar. Otot bersambung
dengan adanya tonofibrillae. Skeleton luar tonofibrillae merupakan
serabut-serabut penghubung yang halus berfungsi untuk:
-
menghubungkan ujung otot ke lapisan epidermal.
-
Terbuang bersama kutikula lama pada setiap moulting sehingga harus ada pembentukan
tonofibrilae baru kembali.
- Pada tempat perlekatan, tonofibrillae melintas epidermis dari otot
ke kutikula. Kadang-kadang, perlekatan ini diperkuat dengan tonjolan
multiselular yang disebut apodeme dan apabila struktur ini berbentuk
memanjang disebut apophysis.
3.
Pergerakan Serangga
• Larvae
dengan tubuh lunak bergerak dengan
cara merayap. Pergerakan ini dimungkinkan karena adanya skeleton
hidrostatik untuk perlekatan otot. Otot turgor berkontraksi dan relaksasi
secara berurutan dari kepala ke ekor sehingga membentuk gelombang. Tumpuan pada
substrat terjadi karena adanya kait mulut (mouth hook, misalnya pada
larva diptera) dan kaki lengket (adhesive foot). Beberapa serangga air
bergerak dengan menggeliat seperti ular. Sedangkan pada larvae yang mempunyai
kaki-kaki dada (thoracic legs), gelombang kontraksi dan relaksasi dari
otot-otot turgor dari posterior ke anterior menyebabkan terangkatnya kaki dari
substrat secara berurutan dan menyebabkan gerakan maju.
• Pada serangga dengan eksoskeleton luar yang
kokoh bergerak dengan cara berjalan atau berlari, pergerakan diperoleh dari
kontraksi dan relaksasi dari pasangan otot-otot antogonistik dan agonistic yang
melekat pada kutikula. Pergerakan dengan jalan atau berlari menggunakan enam
kaki dada. Dibanding crustacea dan myriapoda, serangga mempunyai lebih sedikit
kaki yang terletak lebih ke ventral dan berdekatan satu sama lain pada dada
memungkinkan konsentrasi otot-otot pergerakan baik untuk berjalan maupun
terbang. Hal ini menghasilkan pergerakan yang lebih efisien dan lebih mudah
terkontrol. Ketika serangga berjalan, pergantian pertumpuan tripod dari kaki
depan dan kaki belakang pada satu sisi dan kaki tengah pada sisi yang lain
mendorong ke belakang sedangkan kaki-kaki yang lain diangkat ke depan sehingga
menghasilkan gerakan maju. Dengan tripod, pergerakan menjadi stabil karena
titik berat tubuh berada di antara tiga kaki.Tungkai Cursorial berfungsi untuk
berlari yang dicirikan dengan ruas-ruas tungkai yang ramping. Contohnya tungkai
kecoak, kumbang.
Meloncat
Gerakan
meloncat dimungkinkan karena adanya kaki belakang yang termodifikasi (femur
belakang yang membesar, misalnya pada orthoptera dan kutu) dengan otot-otot yang
besar di mana kontraksi secara perlahan menghasilkan energi yang tersimpan dengan
salah satu cara berikut yaitu distorsi dari sendi femoro-tibial, sklerotisasi
berbentuk pegas (spring-like sclerotization, misalnya perpanjangan jaringan
pengikat pada metatibia) dan tekanan
pada elastic resilin pad pada coxa. Tungkai Saltatorial berfungsi untuk
meloncat yang dicirikan dengan pembesaran femur bagian belakang. Misalnya pada
tungkai belalang dan jangkrik.
dayung
Gerakan mendayung pada lapisan permukaan air dimungkinkan karena adanya tegangan permukaan air dan pada telapak kaki serangga terdapat kutikula atau rambut-rambut yang bersifat menolak air. Tungkai Natatorial berfungsi untuk berenang yang dicirikan bentuk tungkai yang pipih serta adanya “rambut-rambut renang” yang panjang. Misalnya tungkai kumbang air, kepinding kapal.
Gambar: Tungkai Natatorial
·
Terbang
Kemampuan
terbang memungkinkan serangga untuk mempunyai mobilitas lebih tinggi yang
membantu dalam memperoleh pakan, pasangan kawin, penyebaran dan mengeksploitasi
lingkungannya. Kemampuan terbang hanya dimiliki oleh serangga dewasa. Terbang
berarti harus melawan dua gaya yaitu gravitasi dan gesekan dengan udara. Penerbangan
bisa dilakukan secara aktif menggerakkan otot-otot terbang atau secara pasif
atau melayang relatif terhadap angin. Naik dan turun dalam gerakan melayang
dilakukan dengan mengatur sudut sisi depan sayap yaitu antara 30° dan 50°. Kemampuan
manuver serangga ini lebih baik dari pada pesawat terbang yang hanya kurang
dari 20°. Frekuensi pergerakan sayap berbeda dari spesies ke spesies, misalnya
pada kupu-kupu 5 Hz (5 kali/detik) sedangkan pada lebah 10 Hz. Untuk berbelok,
serangga merubah amplitudo gerakan pada salah satu sisi sayap.
Ditinjau
dari hubungannya dengan sayap, otot terbang ada dua macam yaitu otot langsung
dan otot tidak langsung. Otot langsung mempunyai perlekatan dengan sayap dan
bekerja secara langsung menggerakkan sayap. Otot tidak langsung melekat pada
dinding thorax bagian dalam dan kontraksinya menyebabkan perubahan bentuk dada
dan secara tidak langsung menggerakkan sayap.
V. SISTEM SARAF
PADA SERANGGA
Jaringan saraf dapat dibagi ke dalam saraf pusat dan saraf tepi.
Saraf pusat terdiri dari sepasang rantai saraf rantai yang terdapat di sepanjang
tubuh bagian ventral. Sistem saraf serangga berupa sistem saraf tangga tali
berjumlah sepasang yang berada di sepanjang sisi ventral tubuhnya. Sistem saraf
yang terdiri dari serangkaian ganglia, dihubungkan dengan tali saraf ventral
terdiri dari dua paralel connectives
sepanjang perut. Biasanya, setiap segmen tubuh memiliki satu ganglion
pada setiap sisi, meskipun beberapa ganglia yang melebur untuk membentuk otak
dan ganglia besar lainnya. Segmen kepala berisi otak, juga dikenal sebagai
ganglion supraesophageal. Dalam sistem saraf serangga, otak anatomis dibagi ke
dalam protocerebrum yang mencakup mata majemuk dan oselli, deutocerebrum yang
mencakup antenna, dan tritocerebrum yang mencakup labrum dan usus depan. Segera
di belakang otak adalah subesophageal ganglion, yang terdiri dari tiga pasang
ganglia menyatu. Ini mengendalikan mulut, kelenjar ludah dan otot-otot
tertentu.
Pada berbagai
tempat di segmen tubuh, ada pembesaran saraf tangga tali yang disebut ganglia .Ganglia
berfungsi sebagai pusat refleks dan pengendalian berbagai kegiatan.Ganglia
bagian anterior yang lebih besar berfungsi sebagai otak.
Pada belalang terlihat susunan saraf tangga tali dari simpul
saraf yang disebut ganglia (jamak dari ganglion). Ganglion merupakan pusat
peogolah rangsang.
Ada 3 macam ganglion :
- Ganglion kepala, menerima urat saraf yang berasal dari mata dan
antena.
- Ganglion di bawah kerongkongan, mengkoordinasi aktivitas
sensoris dan motoris rahang bawah (mandibula), rahang atas (maksila), dan
bibir bawah (labium).
- Ganglion ruas-ruas badan berupa serabut-serabut saraf yang
menuju ruas-ruas dada, perut, dan alat-alat tubuh yang berdekatan.
(1)
Ganglion bawah kerongkongan dan ganglion ruas-ruas badan
terletak dibawah saluran pencernaan. Pada serangga terdapat 2 benang saraf yang
membentang sejajar sepanjang tubuhnya dan menghubungkan ganglion satu dengan
ganglion yang lain.
Sedangkan sel saraf tepi terdiri dari 3 macam sel saraf,
yaitu :
sel saraf indera: membawa impuls dari salat indera.
sel perantara (internuncial): mrmbawa impuls antara sel
saraf.
sel saraf motor: membawa impuls dari pusat integrasi ke otot.
Ada 3 macam susunan, yaitu
1.
Monopolar
2.
Bipolar
3.
Multipolar
Susunan di atas disebut sebagai "neuron
bipolar", sedang bentuk lainnya adalah "monopolar Neuron"
seperti yang dijumpai pada SSP.
Neuron bipolar dengan demikian lebih banyak dipergunakan
untuk menerima dan meneruskan rangsang, sementara yang monopolar dipergunakan
untuk memproses rangsang dan selanjutnya diantisipasi sesuai dengan jenis
rangsang.
Organ Peraba,
Syaraf, dan Integrasinya
Organ peraba dibagi atas photoreceptor, chemoreceptor
dan mechanoreceptor. Organ yang terlihat dalam photoreceptor adalah mata dan
mata serangga terbagi dalam dua bentuk, yaitu mata majemuk dan mata sederhana
pada chemoreceptor, syaraf pengecap dan syaraf pembau bekerja untuk
menghasilkan impuls. Bentuk mechanoreceptor dapat berupa trichoid, campaniform
atau placoid. Receptor lain yang juga berperan dalam kehidupan serangga adalah
hygroreceptor dan geomagneticreceptor. Siatem syaraf serangga terbagi menjadi
sistem syaraf pusat dan sistem syaraf visceral. Sistem syaraf pusat dibagi lagi
menjadi supraesophaged ganglion dan subesophageal ganglion. Komponen utama dari
sistem syaraf visceral adalah stomodeal nervous system. Unit dasar dari sistem
geuron motor, dan interneuron. Acetylcholine adalah transmiter kimia yang
penting dalam membawa impuls melewati synapse.
Gambar. Diagram sederhana aliran impuls dalam sistem
saraf serangga
VI. SISTEM
REPRODUKSI SERANGGA
Reproduksi serangga terjadi secara internal. Dalam
proses menuju kedewasaannya dikenal ada pergantian bentuk yang disebut
metamorfosis. Insecta kadang-kadang mengalami partenogenesis maupun
paedogenesis. Partenogenesis ialah perkembangan embrio tanpa
dibuahi oleh spermatozoid, misalnya lebah. Sedangkan paedogenesis
ialah partenogenesis yang berlangsung di tubuh larva, misalnya Diptera.Dalam
perkembangan menuju dewasa, Insecta mengalami perubahan bentuk luar dan dalam
dari fase telur ke tingkat dewasa yang disebut metamorfosis. Fertislisasinya
internal, artinya pembuahan sel telur pleh spermatozoid berlangsung di dalam
tubuh induk betina.
Organ Perkembangbiakan Betina
Ovarium terdiri dari beberapa tabung ovariol, yang pada
bagian ujungnya menggulunh dan diselaputi oleh jaringan ikat sehingga tampak
dari luar sebagai bulatan. Lalat tsetse hanya mempunyai satu ovariol, sedangkan
rayap mempunyai 2000 buah ovariol. Bagian-bagian ovariol adalah sebagai
berikut:
1.
Filamen terminal: jaringan ikat
yang meletakkan ovariol ke dinding tubuh.
2.
Germarium: sekumpulan sel uang
belum terdeferensiasi. Sel ini tumbuh menjadi bakal sel telur atau oogonium dan
sel pembantu (nurse cell).
3.
Vitelarium : bagian terbesar ovariol,
berisi suatu urutan oosit (bakal telur). Tiap oosit dibungkus oleh satu lapis
epitelium yang disebut lapisan folikel. Makin ke bawah, perkembangan telur
makin lanjut.
4.
Tangkai ovariol: suatu saluran
pendek yang kemudian bergabung dengan pasangannya menjadi satu saluran telur
yang disebut oviduct.
Berdasarkan
susunan sel pembantu pada sel telur, ovariol dapat dibagi ke dalam
beberapa golongan:
1.
Panoistik: ovariol tidak
mempunyai sel pembantu, sel telur diberi makan secara langsung oleh sel
folikel.
2.
Meroistik : ovariol mempunyai
sel pembantu yang juga turut memberi makan sel telur. Ovariol jenis ini masih
di bagi lagi dalam:
Politrofik : Tiap oosit mempunyai beberapa sel pembantu dan kedua kumpulan sel
ini dibungkus oleh sel folikel sehingga merupakan suatu kesatuan.
Teletrofik : sel pembantu tidak terdapat pada tiap telur, tetapi terkumpul pada
bagian ujung ovariol.
Tiap oosit dihubungkan oleh saluran-saluran dengan
kumpulan sel pembantu ini.
Pelengkap organ reproduksi betina
Reseptakulum
seminis, disebut juga spermateka, suatu tempat
untuk menyimpan sperma. Dengan adanya bagian ini, sperma dapat disimpan untuk
beberapa lama antara waktu kawin dan waktu telur dibuahi.
Bursa kopulatrik, juga merupakan suatu tempat penyimpanan sperma. sperma disimpan di
sini dulu sebelum dipindahkan ke resepatakulum seminalais.
Kelenjar pelenhkap, satu atau dua pasang, disebut juga
kelenjar ‘colleterial’ yang dapat mengeluarkan bahan koriol (pembungkus telur)
Organ Perkembangbiakan Jantan
Testes yang merupakan organ perkembangbiakan pada
serangga jantan, terdiri dari beberapa tabung. tabung ini tidak panjang dan
tidak tergulung seperti ovariol. Tiap tabung atau folikel dapat dibagi ke dalam
beberapa bagian menurut tingkat pertumbuhan sel kalamin, yaitu:
1.
Germarium: merupakan daerah
terujung yang mengandyng sel spermatogonium, yaitu sel yang belum
terdeferensiasi.
2.
Daerah spermatosit: Tiap
spermatogonium setelah berpindah dari germarium dibungkus oleh selapis sel
somatik dan berbelah berulang-ulang. Dengan ii terbentukslah siste yang di
dalamnya mengandung sel spermatosit yang berjumlah sekitar 100. kesemuanya
berasal dari satu sel spermatogonium.
3.
Daerah pemasakan dan
reduksi.Tiap spermartosit membagi menjadi 2 spermatid dan kemudian 4. Pembelahan pertama merupakan merupakan
pembelahan reduksi dengan jumlah kromosom dibagi 2.
4.
Daerah perubahan. spermatid
yang bulat berubah menjadi bulat dan berekor. Sekarang sel kelamin ini
dinamakan spermatozoa. sel inikemudian memecah dinding sista dan keluar .
5.
Vasa deferensia. sepasang saluran
yang kemudian bersatu menjadi satu saluran yang disebut saluran ejakulatori.
Alat pembantu dapat berupa pertumbuhan semacam penis
yang disebut aedeagus dan klasper atau alat penjepit. Terdapat juga kelenjar
pembantu yang bermuara di pangkal saluran ejakulatori.
Reproduksi secara internal. Dalam proses menuju
kedewasaannya dikenal ada pergantian bentuk yang disebut metamorfosis
Ada tiga bentuk metamorfosis pada serangga yaitu :.
a)
Ametabola, tidak ada pergantian
bentuk dan hanya dapat dilihat pertambahan besar ukuran saja. Misalnya
Colembola, Thysanura dan Lepisma.
b)
Hemimetabola (metamorfosis
tidak sempurna), fase dimulai dari telur - larva (nimfa) – dewasa (imago).
Tanpa fase pupa. Misalnya Orthoptera, Hemiptera dan Odonata.
c) Holometabola
(metamorfosis sempurna), dimulai dari fase telur – larva – pupa - imago.
Misalnya: Coleoptera, Diptera, Hymenoptera, dan
Lepidoptera.
VII. SISTEM
RESPIRASI SERANGGA
Sistem pernafasan pada serangga
mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup.
Digunakan alat/organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga
tabung-tabung trakhea dan trakheola.Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki
oleh serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang
kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel
berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan
pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot
sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya
spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.
Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian
udara dari spirakel menuju pembuluh pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh
trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga
dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak
berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas.
Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini
mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan
(transportasi) pada vertebrata.
Mekanisme pernapasan pada serangga, misalnya
belalang, adalah sebagai berikut :
Jika otot perut belalang berkontraksi maka
trakea mexrupih sehingga udara kaya COZ keluar. Sebaliknya, jika otot perut
belalang berelaksasi maka trakea kembali pada volume semula sehingga tekanan
udara menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan di luar sebagai akibatnya udara
di luar yang kaya 02 masuk ke trakea.
Sistem trakea berfungsi mengangkut O2
dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan sebaliknya mengangkut C02 basil
respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga
hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut gas
pernapasan.
Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan
sehingga udara mudah berdifusi ke jaringan. Pada serangga air seperti jentik
nyamuk udara diperoleh dengan menjulurkan tabung pernapasan ke perxnukaan air
untuk mengambil udara.
Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara
sehingga dapat menyelam di air dalam waktu lama. Misalnya, kepik Notonecta
sp. mempunyai gelembung udara di organ yang menyerupai rambut pada
permukaan ventral. Selama menyelam, O2 dalam gelembung dipindahkan melalui
sistem trakea ke sel-sel pernapasan.
Selain itu, ada pula serangga yang mempunyai
insang trakea yang berfungsi menyerap udara dari air, atau pengambilan udara
melalui cabang-cabang halus serupa insang. Selanjutnya dari cabang halus ini
oksigen diedarkan melalui pembuluh trakea.
VIII. SISTEM
EKSKRESI SERANGGA
Alat
ekskresi pada belalang adalah pembuluh Malpighi, yaitu alat pengeluaran
yang berfungsi seperti ginjal pada vertebrata. Pembuluh Malphigi berupa
kumpulan benang halus yang berwarna putih kekuningan dan pangkalnya melekat
pada pangkal dinding usus. Di samping pembuluh Malphigi, serangga juga memiliki
sistem trakea untuk mengeluarkan zat sisa hasil oksidasi yang berupa CO2.
Sistem trakea ini berfungsi seperti paru-paru pada vertebrata.
Belalang
tidak dapat mengekskresikan amonia dan harus memelihara konsentrasi air di
dalam tubuhnya. Amonia yang diproduksinya diubah menjadi bahan yang kurang
toksik yang disebut asam urat. Asam urat berbentuk kristal yang tidak larut.
Pembuluh
Malpighi terletak di antara usus tengah dan usus belakang. Darah mengalir lewat
pembuluh Malpighi. Saat cairan bergerak lewat bagian proksimal pembuluh
Malpighi, bahan yang mengandung nitrogen diendapkan sebagai asam urat,
sedangkan air dan berbagai garam diserap kembali biasanya secara osmosis dan
transpor aktif. Asam urat dan sisa air masuk ke usus halus, dan sisa air akan
diserap lagi. Kristal asam urat dapat diekskresikan lewat anus bersama dengan
feses.
Men
No comments:
Post a Comment