Search This Blog

Monday, August 19, 2019

LAPORAN PRATIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ” PENETAPAN POTENSIAL AIR JARINGAN ”

CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Peristiwa osmosis dan difusi sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari. Pada tumbuhan pun tak terlepas dari peristiwa difusi dan osmosis. Hal tersebut terutama terjadi pada saat pengangkutan zat hara dan air dari akar ke daun maupun pada saat pengangkutan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan yang memerlukan. Adapun peristiwa tersebut dapat terjadi ditentukan oleh adanya perbedaan potensial air. Untuk itulah pada praktikum kali ini akan dilakukan penghitungan tekanan osmosis cairan sel tersebut serta mengkur nilai potensial jaringan umbi kentang. Bagian-bagian penyusun zat yang ukurannya sangat kecil disebut partikel. Partikel tersebut menyebar merata ke segala arah. Zat-zat bergerak dari tempat yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi ke tempat yang konsentrasinya lebih rendah. Proses perpindahan zat seperti tersebut disebut difusi. Konsentrasi suatu zat adalah ukuran yang menunjukkan jumlah suatu zat dalam volume tertentu. Difusi partikel zat itu akan berhenti jika konsentrasi zat di kedua tempat tersebut sudah sama. Proses osmosis juga terjadi pada sel hidup di alam. Perubahan bentuk sel terjadi  jika terdapat pada larutan yang berbeda. Sel yang terletak pada larutan isotonik, maka volumenya akan konstan. Dalam hal ini, sel akan mendapat dan kehilangan air yang sama.
            Banyak hewan-hewan laut, seperti bintang laut (Echinodermata) dan kepiting (Arthropoda) cairan selnya bersifat isotonik dengan lingkungannya. Jika sel terdapat pada larutan yang hipotonik, maka sel tersebut akan mendapatkan banyak air, sehingga bisa menyebabkan lisis (pada sel hewan), atau turgiditas tinggi (pada sel tumbuhan). Sebaliknya, jika sel berada pada larutan hipertonik, maka sel banyak kehilangan molekul air, sehingga sel menjadi kecil dan dapat menyebabkan kematian. Pada hewan, untuk bisa  bertahan dalam lingkungan yang hipo- atau hipertonik, maka diperlukan pengaturan keseimbangan air, yaitu dalam proses osmoregulasi.
pada praktikum ini kita akan melakukan pengamatan terhadap potensial kimia air untuk mengetahui pergerakan kimia air dalam tumbuhan yang mengalami kelebihan ataupun kekurangan cairan. Kita akan mengamati pergerakan air yang terjadi pada kentang dan larutan sukrosa. Caranya yaitu dengan merendam potongan jaringan dalam suatu seri larutan yang diketahui konsentrasinya. Dari sini kita akan mengetahui apakah kentang yang memiliki Potensial air tinggi ataupun larutan suksrosa. Namun dalam  percobaan ini kita juga harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan  penyimpangan hasil dari teori yang ada sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut, maka  praktikum Fisiologi Tumbuhan ini dilaksanakan
1.2 Tujuan
Mengukur nilai potensial air jaringan umbi kentang.





BAB II
DASAR TEORI

Pada hakikatnya tekanan osmose merupakan suatu proses tekanan yang menyebabkan difusi. Osmose juga merupakan difusi dari tiap pelarut melalui suatu selaput yang permeabel secara diferensial. Membran sel yang meloloskan molekul tertentu, tetapi menghalangi molekul lain dikatakan permeabel secara diferensial. Seperti dikatakan diatas, pelarut universal adalah air.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melalui selaput yang permeabel secara differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ketempat berkonsentrasi rendah. Pertukaran air antara sel dan lingkungan adalah suatu faktor yang sangat penting sehingga memerlukan suatu penamaan khusus yaitu osmosis (Salisbury & Ross, 1995).
Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air, yang menggambarkan kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi. Sejumlah besar volume air akan memiliki kelebihan energi bebas daripada volume yang sedikit, dibawah kondisi yang sama. Energi bebas suatu zat per unit jumlah, terutama per berat gram molekul (energi bebas mol-1) disebut potensial kimia. Potensial kimia zat terlarut kurang lebih sebanding dengan konsentrasi zat terlarutnya. Zat terlarut yang berdifusi cenderung untuk bergerak dari daerah yang berpotensi kimia lebih tinggi menuju daerah yang potensial kimianya lebih kecil (Sasmitamihardja, 1996).
Huruf yunani psi (Ψ), digunakan untuk menyatakan potensial air dari suatu sistem, apakah system itu berupa sampel tanah tempat tumbuhan, atau berupa suatu larutan. Potensial air dinyatakan dalam bar. Pada umumnya nilai potensial air dalam tumbuhan mempunyai nilai yang lebih kecil dari 0 bar, sehingga mempunyai nilai yang negative. Nilai potensial air di dalam sel dan nilainya di sekitar sel akan mempengaruhi difusi air dari dan ke dalam sel tumbuhan. Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial airnya, yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan (Basahona, 2010).
Proses osmosis sangat berperan dalam proses pengangkutan tumbuhan. Memungkinkan terjadinya penyerapan air dan ion-ion dari dalam tanah yang nanti akan diedarkan keseluruh bagian tumbuhan.Terjadinya pengangkutan itu akan menyababkan tekanan turgor sel,sehingga mampu membesar dan mempunyai bentuk tertentu. Osmosis juga memungkinkan terjadinya membuka dan menutupnya stomata.
Potensial air suatu sistem menunjukkan kemampuannya untuk melakukan kerja dibandingkan dengan kemampuan sejumlah murni yang setara, pada tekanan atmosfer dan pada suhu yang sama. Potensial osmotik larutan bernilai negatif, karena air pelarut dalam larutan itu melakukan kerja kurang dari air murni. Kalau tekanan pada larutan meningkat, kemampuan larutan untuk melakukan kerja (jadi, potensial-air larutan) juga meningkat (Salisbury & Ross, 1995).
Potensial air adalah suatu pernyataan dari status energi bebas air, suatu ukuran datat yang menyebabkan air bergerak ke dalam suatu sistem, seperti jaringan tumbuhan, tanah atau atmosfir, atau dari suatu bagian ke bagian lain dalam suatu sistem. Potensial air mungkin merupakan parameter yang paling bermanfaat untuk diukur dalam hubungannya dengan sistem tanah, tanaman dan atmosfir.
Komponen-komponen potensial air atau jaringan adalah sebagai berikut :
Ψw = Ψs + Ψp + Ψm
(PA = PO + PT + PM)
Dimana            Ψw = potensial air suatu tumbuhan
                        Ψs = potensial osmotik
                        Ψp = potensial tekanan  atau turgor
Ψm = potensial matriks (Ismail, 2011).
Potensial air merupakan alat diagnosis yang memungkinkan penentuan secara tepat keadaan status air dalam sel atau jaringan tumbuhan. Semakin rendah potensial dari suatu sel atau jaringan tumbuhan, maka semakin besar kemampuan tanaman untuk menyerap air dari dalam tanah. Sebaliknya, semakin tinggi potensial air, semakin besar kemampuan jaringan untuk memberikan air kepada sel yang mempunyai kandungan air lebih rendah (Basahona, 2010).
Tekanan osmosis cairan dapat ditentukan dengan cara mencari suatu larutan yang mempunyai tekanan osmosis sama dengan cairan tersebut. Dalam cara ini kita dapat mengambil patokan pada terjadinya peristiwa plasmolisis sel. Dalam keadaan insipien plasmolisis tekanan osmosis cairan sel adalah sama dengan tekanan osmosis larutan dalam massa jaringan sel tersebut direndam. Plasmolisis dapat dilihat dibawah mikroskop sebagai suatu percobaan (Lakitan, 2004).
Plasmolisis merupakan suatu proses terlepasnnya membran plasma dari dinding sel. Hal tersebut dapat terjadi bila sel tumbuhan dimasukkan kedalam cairan hipertonik (larutan yang konsentrasinya lebih tinggi daripada konsentrasi isi sel) maka terjadilah eksosmosis yaitu,keluarnya air dari isi sel keluar membran. Karena volume isi berkurang dan dinding plasma bersifat permeabel, maka antar membran plasma dan dinding sel terisi oleh larutan dari luar (Morigan, 2008).


BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan
Umbi kentang ( solanum tuberosum )
Larutan sukrosa
Bor sumbat (cork borer )diameter 1 cm ,silet ,timbangan analitik ,12 gelas piala 150 ml atau 250 ml.

3.2.  Metode kerja
1.  Siapkan 12 gelas piala 150 ml, masing – masing di isi dengan 100 ml dari larutan berikut :
     air destilasi 0.05, 0.10, 0.15, 0.2, 0.25, 0.3, 0.35, 0.4, 0.45, 0.5, 0.6 M larutan sukrosa.
2. Umbi kentang di potong dan dibuat 12 bentuk balok, dengan ukuran 1x1x4 cm. Dan
    sebaiknya ke 12  potongan tadi di ambil dari satu umbi yang sama.
3. Satu per-satu dari ke 12 potongan tadi di iris tipis dengan menggunakan pisau sile dengan  
    ketebalan ± 1-2 mm.
4. Irisan kentang di bilas dengan air destilata, dan di keringkan dengan kertas tissue, lalu
    di timbang untuk mengetahui berat awalnya. Selanjutnya masukan ke dalam salah satu
    larutan sukrosa yang telah di siapkan
5. Setelah 2 jam di rendam , keluarkan irisan – irisan tersebut , di keringkan dengan kertas
    handuk kemudian timbang.
6. Hitung perubahan dengen rumus
      
    % perubahan  =     berat akhir – berat awal       ×   100%
                                                Berat awal


7. Hitung  potensial osmotic masing –masing larutan sukrosa dengan rumus

Ѱs = M.i.R.T
 Dimana           :
 Ѱs = potensial osmotik;
M = molaritas dari larutan sukrosa;
 i = konstanta   ionisasi (sukrosa=1);
R=konstanta gas (0,0831 bar/derajat mol)
T=suhu absolut, suhu ruangan=27o C shg T=300K   





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data pengamatan
           
Larutan
Awal (g)
Akhir (g)
Perubahan( % )
Aquades



Sukrosa (M)



0,05
1,7
3,79
122
0,10
1,5
3,54
136
0,15
1,59
3,95
148
0,20
1,55
3,83
147
0,25
1,61
3,63
125
0,30
1,39
2,16
55
0,35
1,58
3,63
129
0,40
1,45
2,63
81
0,45
1,12
3,0
167
0,50
1,74
2,99
71
0,60
1,42
2,68
88

Menghitung beberapa per mol larutan  potensial osmotic ( ψs1)
    Diketahui    :
            I = 1, R= 0.0831 bar/derajat bebas mol dan T = 30 + 273 = 303 K
1.      Konsentrasi 0.1 M
-ψs1        =       MiRT
            =       (0.1 M) (1) (0.0831 bar/derajat bebas mol) (303 K)
            =       2.51 bar
2.      Konsentrasi 0.2 M
                  -ψs1        =       MiRT
                              =       (0.2 M) (1) (0.0831 bar/derajat bebas mol) (303 K)
                              =       5.03 bar
3.      Konsentrasi 0.3 M
-ψs1        =       MiRT
            =       (0.3 M) (1) (0.0831 bar/derajat bebas mol) (303 K)
            =       7.55 bar
4.      Konsentrasi 0.4 M
-ψs1        =       MiRT
            =       (0.4 M) (1) (0.0831 bar/derajat bebas mol) (303 K)
            =       10.07 bar
5.      Konsentrasi 0.5 M
-ψs1        =       MiRT
            =       (0.5 M) (1) (0.0831 bar/derajat bebas mol) (303 K)
            =       12.58 bar
6.      Konsentrasi 0.6 M
-ψs1        =       MiRT
            =       (0.6 M) (1) (0.0831 bar/derajat bebas mol) (303 K)
            =       15.10 bar













4.2. Pembahasan
            Dari hasil praktikum yang dilakukan dengan menggunakan umbi kentang dengan melakukan proses perendaman ke dalam sukrosa dengan konsentrasi  0.05, 0.10, 0.15, 0.2, 0.25, 0.3, 0.35, 0.4, 0.45, 0.5, 0.6 M larutan sukrosa.
Fungsi larutan sukrosa yang berbeda konsentrasinya pada percobaan ini yaitu untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap potensial jaringan tumbuhan yang merupakan penyebab terjadinya osmosis. Dan fungsi kita menggunakan larutan sukrosa bukan larutan yang lain pada percobaan ini karena sukrosa merupakan larutan non elektrolit yang memiliki bobot molekul besar, sehingga akan sulit untuk diabsorbsi oleh membran sel.
Berdasarkan pengamatan pada praktikum ini, terlihat bahwa pada umumnya terjadi peningkatan dari bobot kentang yang di rendam dalam larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi dan air destilata. Peningkatan bobot ini disebabkan oleh masuknya air di dalam larutan sukrosa ke dalam sel kentang dengan cara osmosis. Proses  osmosis akan berhenti ketika telah terjadi kesetimbangan antara potensial air sel tumbuhan dengan potensial air larutan. pada percobaan ini tidak di dapati nilai penambahan berat yang ber nilai negatif melainkan terjadi peninggkatan berat pada kentang yang telah di rendam . meski demikian pada tabel terdapat larutan sukrosa  dengan konsentrasi 0,30 (M) memiliki perbedaan angka paling kecil sehingga menunjukan bahwa ,pada kondisi potensial air kentang hampir mencapai posisi kesetimbangan         
Perendaman kentang dengan larutan sukrosa tidak selalu meningkatkan bobotnya. Terkadang justru bobot kentang yang telah mengalami perendaman menjadi lebih kecil daripada bobot kentang semula. Hal ini diakibatkan oleh keluarnya air dari sel kentang secara osmosis pula. Keluarnya air ini disebabkan oleh larutan sukrosa tersebut memiliki potensial air yang lebih negatif daripada potensial air sel, sehingga air akan berpindah dari dalam sel ke larutan sukrosa. Air meninggalkan sel, dan volume sel mengecil. Potensial air sel akan terus menurun sehingga mencapai kesetimbangan dengan potensial air larutan sukrosa.










BAB V
KESIMPULAN


Potensial air tumbuhan dipengaruhi oleh potensial osmotik, tekanan hidrostatik larutan, serta gravitasi. Penambahan bobot kentang setelah perendaman mengindikasikan bahwa air bergerak masuk ke dalam sel kentang, begitu pula sebaliknya. Pengurangan bobot kentang setelah perendaman menunjukkan bahwa air keluar dari sel. Pergerakan air ini dipicu oleh perbedaan potensial air, berupa perpindahan air dari konsentrasi atau potensial yang lebih tinggi ke potensial yang lebih rendah. Transpor air netto ini akan berhenti ketika kesetimbangan potensial air antara sel dengan larutan tercapai, yaitu berupa larutan isotonis.
















Daftar Pustaka
Deragon.2005. Water Potential. http://www.deragon.com. Diakses pada 08 Januari 2013

Salisbury, F.b dan Ross, C.W.1995. Fisiologi Tumbuhan  jilid 1 edisi IV alih bahasa Luqman, RR dan Sumaryono. Penerbit ITB. Bandung.

Filter, W.G. 1989. Fisiologi Lingkungan Tumbuhan. Gadjah mada University press. Yogyakarta.


Tipe-tipe Hutan Pegunungan




Hutan pegunungan rendah
Hutan pegunungan rendah terletak di ketinggian 600 — 1400 M dpl, hutan ini menyerupai hutan basah, pohon-pohon kecil serta berakar papan. Hutan pegunungan rendah terdiri dariAnnonaceae dan Burseraceae. Pada ketinggian 1000 m dpl terdapat Dipterocarpus retusa dan Diptorocarpus simoresis, leguminosae, meliaceae, sapindaceae dan sapotaceae.

Hutan pegunungan tinggi
Zona hutan pegunungan tinggi berada di ketinnggian 1400 — 3000 M dpl dan terdapat pada pegunungan Malaysia. Vegetasi zona ini termasuk hutan basah, hanya terdapat tajuk lebih dari satu lapis (One Storeyed Stand),.
Hutan pada zona ini tidak membentuk satu kesatuan karena di selingi oleh padang rumput dan semak atau paku-pakuan. Karena pengaruh iklim hutan pada zona terbentuk hutan savana (Mountain savana) dan padang rumput (Mountain grass land).

Hutan sub alpin
Hutan sub alpin terletak di ketinggian 3000 — 4000 M dpl. Hutan ini lebih bersifat hutan basah daerah beriklim sedang (temperate rain forest) dengan perbedaan bahwa pada zona ini terdapat strata tunggal yang dibentuk oleh pohon-pohon kecil sebagai penutup tanah

Hutan vegetasi Alpin
Hutan vegetasi Alpin  terletak di ketinggian 4000 M dpl keatas, terdapat daerah semak-semak dan terna dikotik tidak berpohon. Pada daerah ini dapat dijumpai beberapa jenis berkayu ( bukan pohon) seperti : Drimys dan Coprosma, tetapi umumnya rumput dan lumut adalah sebagai penutup tanah.

Sedangkan menurut Simon (1978), atas dasar ketinggian tempat di Indonesia maka dikenal adanya :
  Vegetasi litoral (terendam)
  Hutan Payau (Mangrove forest)
  Hutan Rawa ( Swamp forest)
  Hutan Gambut ( Peat swamp forest)
  Hutan dataran rendah (Low land forest)
  Hutan dataran tinggi (Lower mountain forest)
  Hutan Pegunungan ( Upper mountain forest)

Zona-pegunungan (600 – 2300 m) :
Sub-zona pegunungan bawah (699 – 1.500 m) : Pakis pohon lebih banyak ditemukan di semak dan lapisan pohon bawah, serta perdu seperti Elastosterma, Bogonia dan sejenis Impatiens berbunga jingga merah jambu yang menyolok di lapisan bawah. Hutan ini juga kaya akan spesies dan pohon-pohon Castanopsis dan Lithocarpus dan Sloanea , serta Cryptocarya .
Sub-zona pegunungan tengah : Hutan pegunungan tengah campuran, hutan Captanopsis , hutan Notofagus , hutan Caniferous , hutan rawa pegunungan tengah, rawa rumput sedge, rawa rumput Phragmites pegunungan tengah, padang rumput Miscanthus pegunungan tengah dan rangkaian vegetasi bekas ladang.
Pohon-pohon tudung yang banyak tumbuh berasal dari keluarga Fagaceae, Lauraceae, Cunioneaceae, Elaeocarpaceae , dan Myrtaceae . Tumbuhan bawah pohon meliputi Garcinia, Astronia, Polyosomo, Symlocos, Sericolea, Drymis, Prunus, Pittospermum dan Araliaceae .
Hutan Coniferous terdapat pada ketinggian diatas 2.400 m. Beberapa genusnya antara lain Podocarpus, Darycarpus, Papuacerdus, Phyllocladus dan Arocaria .
Zona sub-alpin
Zona sub-alpin ditandai dengan adanya hutan-hutan sub-alpin, yang bercampur dengan vegetasi jenis lainnya. Hutan sub-alpin-bawah miskin akan flora. Hutan di zona ini memiliki tudung yang tertutup, dengan ketinggian mencapai 10 hingga 15 m. Beberapa jenis yang dominan antara lain Rapanea sp., Dacrycarpus compactus dan Papuacedrus papuas .
Zona alpin Zona alpin berada pada ketinggian antara 4.170 dan 458.5 m dpl. Vegetasi alpin meliputi semua komunitas yang tumbuh di atas batas semak tinggi. Vegetasi ini berbentuk padang rumput, kerangas dan tundra.

1.      Hutan basah adalah hutan yang memperoleh curah hujan yang tinggi, sering juga kita kenal dengan istilah hutan pamah. Hutan jenis ini dapat dijumpai di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Bagian Utara dan Papua. Jenis-jenis yang umum ditemukan di hutan ini, yaitu: Meranti (Shorea dan Parashorea), keruing (Dipterocarpus), Kapur (Dryobalanops), kayu besi (Eusideroxylon zwageri), kayu hitam (Diospyros sp).


Ciri-ciri

  • Masa pertumbuhan lama;
  • Jenis tumbuhan banyak;
  • Ketinggian 20 m sampai 40 m;
  • Berdaun lebar;
  • Hutan basah;
  • Jenis pohon sulur hingga kayu keras.


Lingkungan biotik

  1. Flora menurut lapisan tanahnya:
  • Lapisan pohon-pohon yang lebih tinggi, muncul di sana-sini dan menonjol di atas atap tajuk (kanopi hutan) sehingga dikenal sebagai “sembulan” (emergent). Sembulan ini bisa sendiri-sendiri atau kadang-kadang menggerombol, namun tak banyak. Pohon-pohon tertinggi ini bisa memiliki batang bebas cabang lebih dari 30 m, dan dengan lingkar batang hingga 4,5 m.
  • Lapisan kanopi hutan rata-rata, yang tingginya antara 24–36 m. Kanopi hutan banyak mendukung kehidupan lainnya, semisal berbagai jenis epifit (termasuk anggrek), bromeliad, lumut, serta lumut kerak, yang hidup melekat di cabang dan rerantingan.
  • Lapisan tajuk bawah, yang tidak selalu menyambung. Lapisan ini tersusun oleh pohon-pohon muda, pohon-pohon yang tertekan pertumbuhannya, atau jenis-jenis pohon yang tahan naungan seperti jenis pemanjat (liana) yang melilit batang atau mengait cabang untuk mencapai atap tajuk, lumut, paku-pakuan dan paku lumut (Selaginella spp.) dan semak-semak.
2.      Fauna hewan yang banyak hidup di daerah hutan basah ini adalah hewan-hewan pemanjat sejenis primata dan nokturnal (hewan yang aktif pada malam hari).
Proses Pembentukan

Hutan basah merupakan komunitas hasil interaksi antara iklim regional dan biota regional. Vegetasi hutan basah tidak akan pernah mengalami gugur daun seperti hutan yang ada di daerah-daerah subtropis, seperti sebagian besar Eropa, Asia Timur, dan daerah Asia Barat. Sehingga dedaunan yang hidup didaerah hutan basah akan selalu berwarna hijau sepanjang tahun (evergreen)

2.      Apabila dilihat perkembangan vegetasi yang ada di daerah pantai (litoral), maka sesungguhnya sering dijumpai dua formasi vegetasi, yaitu formasi Pescaprae dan formasiBarringtonia.

1. Formasi Pescaprae

Formasi ini terdapat pada tumpukan-tumpukan pasir yang mengalami proses peninggian di sepanjang pantai, dan hampir terdapat di selumh pantai Indonesia. Komposisi spesies tumbuhan pada formasi pescaprae di mana saja hampir sama karena spesies tumbuhannya didominasi oleh Ipomoea pescaprae (katang-katang) salah satu spesies tumbuhan menjalar, herba rendah yang akamya mampu mengikat pasir. Sebetulnya nama fomlasi pescapraediambil dari nama spesies tumbuhan yang dominan itu. Akan tetapi, ada spesies-spesies tumbuhan lainnya yang umumnya terdapat pada formasi pescaprae antara lain Cyperus penduculatus, Cyperus stoloniferus, Thuarea linvoluta, Spinifex littoralis, Vitex trifolia, Ishaemum muticum, Euphorbia atoto, Launaca sarmontasa, Fimbristylis sericea, Canavalia abtusiofolia, Triumfetta repens, Uigna marina, Ipomea carnosa, Ipomoea denticulata, danIpomoea littoralis.

Formasi ini terdapat di atas formasi pescaprae, yaitu pada daerah pantai persis di belakang formasi pescaprae yang telah memungkinkan untuk ditumbuhi berbagai spesies pohon khas hutan pantai.

2. Formasi Barringtonia
Formasi baringtonia yang terletak jauh dari garis pantai. Pohon Baringtonia (keben atau butun) dan Terminalia (ketapang) merupakan tumbuhan penyusunnya yang khas. Daerah ini biasanya berpasir atau berbatu cadas, formasi umumnya terdapat setelah formasi pes-caprae.
Disebut formasi Barringtonia karena spesies tumbuhan yang dominan di daerah ini adalah spesies pohon Barringtonia asiatica. Sebenarnya yang dimaksud ekosistem hutan pantai adalah formasi Barringtonia ini. Beberapa spesies pohon yang tumbuh di pantai dan menyusun ekosistem hutan pantai antara lain Barringtonia asiatica, Casuarina equisetifolia, Terminalia eatappa, Hibiscus tiliaceus, Calophyllum inophyllum, Hernandia peltata, Sterculia foetida, Manilkara kauki, Cocos nucifera, Crinum asiaticum, Cycas rumphii, Caesalpinia bonducella, Morinda citrifolia, Oehrocarpus ovalifolius, Taeea leontopetaloides, Thespesia populnea, Tournefortia argentea, Wedelia biflora, Ximenia americana, Pisonia grandis, Pluehea indica, Pongamia pinnata, Premna Corymbosa, Premna obtusifolia, Pemphis acidula, Planchonella obovata, Scaevola taccada, Scaevola frutescens, Desmodium umbellatum, Dodonaea viscesa, Sophora tomentosa, Erythrina variegata, Guettarda speciosa, Pandanus bidur, Pandanus tectorius, dan Nephrolepis biserrata.
3.      Beberapa manfaat yang tidak langsung hutan mangrove sebagai konsumsi manusia antara lain adalah:

Menumbuhkan pulau dan menstabilkan pantai
  Salah satu peran dan sekaligus manfaat ekosistem mangrove, adalah adanya sistem perakaran mangrove yang kompleks dan rapat, lebat dapat memerangkap sisa-sia bahan organik dan endapan yang terbawa air laut dari bagian daratan. Proses ini menyebabkan air laut terjaga kebersihannya dan dengan demikian memelihara kehidupan padang lamun (seagrass) dan terumbu karang. Karena proses ini maka mangrove seringkali dikatakan pembentuk daratan karena endapan dan tanah yang ditahannya menumbuhkan perkembangan garis pantai dari waktu ke waktu. Pertumbuhan mangrove memperluas batas pantai dan memberikan kesempatan bagi tumbuhan terestrial hidup dan berkembang di wilayah daratan. Akar pohon mangrove juga menjaga pinggiran pantai dari bahaya erosi. Buah vivipar yang dapat berkelana terbawa air hingga menetap di dasar yang dangkal dapat berkembang dan menjadi kumpulan mangrove di habitat yang baru. Dalam kurun waktu yang panjang habitat baru ini dapat meluas menjadi pulau sendiri.

Menjernihkan air
  Akar pernafasan (akar pasak) dari api-api dan tancang bukan hanya berfungsi untuk pernafasan tanaman saja, tetapi berperan juga dalam menangkap endapan dan bisa membersihkan kandungan zat-zat kimia dari air yang datang dari daratan dan mengalir ke laut. Air sungai yang mengalir dari daratan seringkali membawa zat-zat kimia atau polutan. Bila air sungai melewati akar-akar pasak pohon api-api, zat-zat kimia tersebut dapat dilepaskan dan air yang terus mengalir ke laut menjadi bersih. Banyak penduduk melihat daerah ini sebagai lahan marginal yang tidak berguna sehingga menimbunnya dengan tanah agar lebih produktif. Hal ini sangat merugikan karena dapat menutup akar pernafasan dan menyebabkan pohon mati.

Mengawali rantai makanan
  Daun mangrove yang jatuh dan masuk ke dalam air. Setelah mencapai dasar teruraikan oleh mikro organisme (bakteri dan jamur). Hasil penguraian ini merupakan makanan bagi larva dan hewan kecil air yang pada gilirannya menjadi mangsa hewan yang lebih besar serta hewan darat yang bermukim atau berkunjung di habitat mangrove.

Melindungi dan memberi nutrisi
  Akar tongkat pohon mangrove memberi zat makanan dan menjadi daerah nursery bagi hewan ikan dan invertebrata yang hidup di sekitarnya. Ikan dan udang yang ditangkap di laut dan di daerah terumbu karang sebelum dewasa memerlukan perlindungan dari predator dan suplai nutrisi yang cukup di daerah mangrove ini. Berbagai jenis hewan darat berlindung atau singgah bertengger dan mencari makan di habitat mangrove.
Beberapa kegunaan pohon mangrove yang langsung dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari antara lain adalah:
  • Tempat tambat kapal.
Daerah teluk yang terlidung seringkali dijadikan tempat berlabuh dan bertambatnya perahu. Dalam keadaan cuaca buruk pohon mangrove dapat dijadikan perlindungan dengan bagi perahu dan kapal dengan mengikatkannya pada batang pohon mangrove. Perlu diperhatikan agar cara tambat semacam ini tidak dijadikan kebiasaan karena dapat merusak batang pohon mangrove yang bersangkutan.
  • Obat-obatan.
Kulit batang pohonnya dapat dipakai untuk bahan pengawet dan obat-obatanMacam-macam obat dapat dihasilkan dari tanaman mangrove. Campuran kulit batang beberapa species mangrove tertentu dapat dijadikan obat penyakit gatal atau peradangan pada kulit. Secara tradisional tanaman mangrove dipakai sebagai obat penawar gigitan ular, rematik, gangguan alat pencernaan dan lain-lain. Getah sejenis pohon yang berasosiasi dengan mangrove (blind-your-eye mangrove) atau Excoecaria agallocha dapat menyebabkan kebutaan sementara bila kena mata, akan tetapi cairan getah ini mengandung cairan kimia yang dapat berguna untuk mengobati sakit akibat sengatan hewan laut. Air buah dan kulit akar mangrove muda dapat dipakai mengusir nyamuk. Air buah tancang dapat dipakai sebagai pembersih mata. Kulit pohon tancang digunakan secara tradisional sebagai obat sakit perut dan menurunkan panas. Di Kambodia bahan ini dipakai sebagai penawar racun ikan, buah tancang dapat membersihkan mata, obat sakit kulit dan di India dipakai menghentikan pendarahan. Daun mangrove bila di masukkan dalam air bisa dipakai dalam penangkapan ikan sebagai bahan pembius yang memabukkan ikan (stupefied).
  • Pengawet.
Buah pohon tancang dapat dijadikan bahan pewarna dan pengawet kain dan jaring dengan merendam dalam air rebusan buah tancang tersebut. Selain mengawetkan hasilnya juga pewarnaan menjadi coklat-merah sampai coklat tua, tergantung pekat dan lamanya merendam bahan. Pewarnaan ini banyak dipakai untuk produksi batik, untuk memperoleh pewarnaan jingga-coklat. Air rebusan kulit pohon tingi dipakai untuk mengawetkan bahan jaring payang oleh nelayan di daerah Labuhan, Banten.
  • Pakan dan makanan.
Daunnya banyak mengandung protein. Daun muda pohon api-api dapat dimakan sebagai sayur atau lalapan. Daun-daun ini dapat dijadikan tambahan untuk pakan ternak. Bunga mangrove jenis api-api mengandung banyak nectar atau cairan yang oleh tawon dapat dikonversi menjadi madu yang berkualitas tinggi. Buahnya pahit tetapi bila memasaknya hatihati dapat pula dimakan. .
  • Bahan mangrove dan bangunan.
Batang pohon mangrove banyak dijadikan bahan bakar baik sebagai kayu bakar atau dibuat dalam bentuk arang untuk kebutuhan rumah tangga dan industri kecil. Batang pohonnya berguna sebagai bahan bangunan. Bila pohon mangrove mencapai umur dan ukuran batang yang cukup tinggi, dapat dijadikan tiang utama atau lunas kapal layar dan dapat digunakan untuk balok konstruksi rumah tinggal. Batang kayunya yang kuat dan tahan air dipakai untuk bahan bangunan dan cerocok penguat tanah. Batang jenis tancang yang besar dan keras dapat dijadikan pilar, pile, tiang telepon atau bantalan jalan kereta api. Bagi nelayan kayu mangrove bisa juga untuk joran pancing. Kulit pohonnya dapat dibuat tali atau bahan jaring.

4.      Terjadinya konversi di hutan rawa gambut akan mempengaruhi system hidrologi pada hutan tersebut. Ketika pohon ditebang akan terjadi subsidensi sehinga tanah gambut yang sifatnya hidropobik tidak akan dapat lagi menyerap air. Subsidensi pada hutan rawa gambut menyebabkan bakteri pembusuk akan hidup ditanah gambut. Bakteri akan mendekomposisi tanah gambut yang didominasi oleh dahan, ranting dan pohon, CO2  yang terkandung didalam pohon tersebut akan teremisi keudara  dan menutupi lapisan ozon yang akan menciptakan efek rumah kaca yang mengakibatkan terjadinya pemanasan global. Emisi karbon dioksida yang diakibatkan oleh terdekomposisinya tanah gambut yang diakibatkan berubahnya ekosistem hutan rawa gambut yag sudah mengalami subsidensi kuantitasnya akan melebihi emisi yang diakibatkan oleh bakteri bahan bakar fosil. (Canadel, 2006)


A.    Formasi pes-caprae dicirikan oleh Ipomoea pes-caprae (Telapak Kambing) sebagai tumbuhan penyusun yang paling menyolok. Daerah ini biasanya berpasir.
B.     Pohon
tumbuhan yang mempunyai batang dan cabang terbentuk dari berkayu. Pohon memiliki batang utama yang tumbuh tegak, menopang tajuk pohon
C. Anemokori
Anemokori adalah pemencaran biji dengan bantuan angin. Hembusan angin dapat membawa spora atau biji pergi meninggalkan induknya untuk menemukan daerah baru yang cocok dan sesuai dengan habitat sebelumnya, untuk tumbuh menjadi tumbuhan baru.
Ciri alat pemencaran pada cara ini:
1. Biji kecil dan ringan, contohnya biji anggrek (Orchidaceae) dan spora jamur.
2. Biji berbulu atau berambut, contohnhya alang-alang (Imperata cylindrical) dan kapuk (Ceiba pentandra).
3. Biji bersayap, contohnya mahoni (Switenia sp) dan dammar (Agathis alba).
4. Buah bersayap, contohnya meranti dan tengkawang (famili Dipterocarpaceae).
5. Biji terpencar karena tangkainya tergoyang angin dan keluar lewat lubang atau celah pada biji. Mekanisme ini disebut pendupaan, misalnya pada opium (Papaver).
D. Spesies nomaden
Spesies yang berpindah-pindah dan belum menetap.
E.     Cagar alam
Cagar alam adalah suatu kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Contoh kawasan yang dijadikan cagar alam di Indonesia adalah Cagar Alam Pananjung Pangandaran di Jawa Barat, Cagar Alam Nusakambangan Barat dan Cagar Alam Nusakambangan Timur di Jawa Tengah.


PENGOBATAN PENYAKIT GONDONGAN DENGAN HERBAL


Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah.
Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak yang berumur 2-12 tahun. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya.Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh.
Penularan Penyakit Gondongan
Penyakit Gondong (Mumps atau Parotitis) penyebaran virus dapat ditularkan melalui kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin dengan urin. Virus dapat ditemukan dalam urin dari hari pertama sampai hari keempat belas setelah terjadi pembesaran kelenjar.
Penyakit gondongan sangat jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun, hal tersebut karena umumnya mereka masih memiliki atau dilindungi oleh anti bodi yang baik. Seseorang yang pernah menderita penyakit gondongan, maka dia akan memiliki kekebalan seumur hidupnya.
Tanda dan Gejala Penyakit Gondongan

Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut.




Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sdebagai berikut :



Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38.5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).
Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan.
Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.
Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.

Diagnosis Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis)

Diagnosis ditegakkan bila jelas ada gejala infeksi parotitis epidemika pada pemeirksaan fisis, termasuk keterangan adanya kontak dengan penderita penyakit gondong (Mumps atau Parotitis) 2-3 minggu sebelumnya. Selain itu adalah dengan tindakan pemeriksaan hasil laboratorium air kencing (urin) dan darah.
Pemeriksaan Laboratorium
Disamping leucopenia dengan limfosiotsis relative, didapatkan pula kenaikan kadar amylase dengan serum yang mencapai puncaknya setelah satu minggu dan kemudian menjadi normal kembali dalam dua minggu.




Jika penderita tidak menampakkan pembengkakan kelenjar dibawah telinga, namun tanda dan gejala lainnya mengarah ke penyakit gondongan sehingga meragukan diagnosa. Dokter akan memberikan order untuk dilakukannya pemeriksaan lebih lanjut seperti serum darah. Sekurang-kurang ada 3 uji serum (serologic) untuk membuktikan spesifik mumps antibodies: Complement fixation antibodies (CF), Hemagglutination inhibitor antibodies (HI), Virus neutralizing antibodies (NT).
Komplikasi Akibat Penyakit Gondongan
Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.
Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang kurang dini :
Orkitis ; peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen sehingga terjadi kemandulan.
Ovoritis : peradangan pada salah satu atau kedua indung telus. Timbul nyeri perut yang ringan dan jarang menyebabkan kemandulan.
Ensefalitis atau meningitis : peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami enserfalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.
Pankreatitis : peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total.
Peradangan ginjal bisa menyebabkan penderita mengeluarkan air kemih yang kental dalam jumlah yang banyak
Peradangan sendi bisa menyebabkan nyeri pada satu atau beberapa sendi.




Pengobatan Penyakit Gondongan

Pengobatan ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama penderita panas dan kelenjar (parotis) membengkak. Dapat digunakan obat pereda panas dan nyeri (antipiretik dan analgesik) misalnya Parasetamol dan sejenisnya, Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya sindroma Reye (Pengaruh aspirin pada anak-anak).
Pada penderita yang mengalami pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani istirahat tirah baring ditempat tidur. Rasa nyeri dapat dikurangi dengan melakukan kompres Es pada area testis yang membengkak tersebut. Sedangkan penderita yang mengalami serangan virus apada organ pancreas (pankreatitis), dimana menimbulkan gejala mual dan muntah sebaiknya diberikan cairan melalui infus.
Pemberian kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20 ml convalescent gammaglobulin diperkirakan dapat mencegah terjadinya orkitis. Terhadap virus itu sendiri tidak dapat dipengaruhi oleh anti mikroba, sehingga Pengobatan hanya berorientasi untuk menghilangkan gejala sampai penderita kembali baik dengan sendirinya.
Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam "self limiting disease" (penyakit yg sembuh sendiri tanpa diobati). Penderita penyakit gondongan sebaiknya menghindarkan makanan atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, diberikan diet makanan cair dan lunak.Jika pada jaman dahulu penderita gondongan diberikan blau (warna biru untuk mencuci pakaian), sebenarnya itu secara klinis tidak ada hubungannya. Kemungkinan besar hanya agar anak yang terkena penyakit Gondongan ini malu jika main keluar dengan wajah belepotan blau, sehingga harapannya anak tersebut istirahat dirumah yang cukup untuk membantu proses kesembuhan.
Pencegahan Penyakit Gondongan (Mumps/Parotitis)
Pemberian vaksinasi gondongan merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak, yaitu imunisasi MMR (mumps, morbili, rubela) yang diberikan melalui injeksi pada usia 15 bulan.Imunisasi MMR dapat juga diberikan kepada remaja dan orang dewasa yang belum menderita Gondong. Pemberian imunisasi ini tidak menimbulkan efek apanas atau gejala lainnya. Cukup mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar Iodium, dapat mengurangi resiko terkena serangan penyakit gondongan.
 
Ramuan Herbal untuk Penyakit Gondongan ::
•5 gram adas
•10 gram kencur
•20 gram kunyit
•10 gram temu ireng
•20 gram temulawak
•10 gram Tapak Dara
Cara Membuat :
Cuci bersih bahan.kemudian masukkan dalam panci enamel/kuali tanah takaran 3 gelas air. rebus jadikan 1/2 nya. Saring minum pagi dan malam hari . Jangan lupa berdoa selalu. Bisa tambahkan madu.